Belajar Mengajar Matematika hal 10 - 23
Teori
Belajar
Teori
belajar adalah hukum-hukum atau prinsip umum yang melukiskan kondisi terjadinya
belajar. Teori belajar sangat membantu pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran
kepada peserta didiknya . pengajar akan memahami proses terjadinya belajar dan mengerti bagaimana memberi stimulasi
sehingga peserta didik menyukai belajar. Pengajar juga dapat memprediksi secara
jitu dan beralasan tentang keberhasilan belajar peserta didik. Manfaat dari
teori belajar dapat sebagai sumber hipotesis , kunci dan konsep-konsep sehingga
pengajar dapat lebih efektif dalam mengajarkan nya.
Psikologi
Stimulus-Respon
Pada
tahun 1970an para pengajar matematika di indonesia masih percaya bahwa cara
terbaik dalam keberhasilan belajar matematika yaitu melalui
pengulangan-pengulangan yang merupakan suatu prinsip dari teori belajar, dimana
peserta didik belajar dengan mengulang rumus-rumus matematika , cara
memanipulasi simbol-simbol berkali-kali. Teori yang demikian ini berasal dari
Psikologi Stimulus-Respon , pandangan dari psikologi ini didasarkan kepada
faktor-faktor lingkungan yang disebut stimulus dan tingkah lakunya disebut
respon.
Menurut
psikologi S-R ini , belajar merupakan terbentuknya hubungan-hubungan antara
peristiwa-peristiwa (S) yang dirangsangkan kepada peserta didik dan responnya
(R) terhadap rangsangan itu. Apabila ada stimulus (S) maka ada respon (R) ,
dimana R adalah salah satu dari . misalnya bila
seorang ingin belajar konsep akar-akar dari suatu persamaan kuadrat, maka orang
itu harus mengaitkan respon yang benar terhadap stimulus yang berupa pertanyaan
tentang akar-akar persamaan kuadrat tersebut.
Pendapat
para pengajar yang mengikuti aliran psikologi ini ialah bahwa tingkah laku
peserta didik merupakan suatu respon terhadap situasi lingkungan yang lampau
pada saat respon berlangsung. Semua tingkah laku itu dipelajari dan dianalisis
sebagai serentetan penguatan. Prinsip ini dipergunakan sebagai suatu cara untuk
mengubah atau memodifikasi tingkah laku. Karena itu , tanggung jawab pengajar
adalah mengolah lingkungan sehingga memungkinkan tingkah laku peserta didik
menjadi benar secara maksimal.
1. Teori
S-R dari Thorndike
Menurut teori ini,
belajar pada hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip yang
sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan
respon . Menurut Thorndike terjadinya
asosiasi antara stimulus dan respon ini berdasarkan atas hukum-hukum berikut:
a. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Hukum ini menjelaskan kesiapan individu untuk
melakukan sesuatu , ciri-ciri berlakunya hukum kesiapan sebagai berikut :
(i)
Seseorang ada kecenderungan bertindak ,
orang itu bertindak maka menimnulkan kepuasan , sedang tindakan-tindakan
lai tidak dilakukan.
(ii)
Seseorang ada kecenderungan bertindak,
orang itu tidak bertindak maka akan menimbulkan rasa tidak puas dan ia akan
melakukan tindakan-tindakan lain untuk meniadakan trasa tidak puas tadi.
(iii)
Seseorang tidak mempunyai kecenderungan bertindak,
orang itu melakukan tindakan maka akan menimbulkan rasa tidak puas dan ia akan
melakukan tindakan lain untuk meniadakan trasa tidak puas tadi.
Interprestasi
dari hukum kesiapan ini adalah bahwa belajar akan berhasil bila peserta didik telah
siap untuk belajar.
b. Hukum
Latihan
Hukum ini menunjukan bahwa prinsip utama belajar
adalah pengulangan. Hukum ini berarti makin sering suatu konsep matematika
diulangi maka akan dikuasailah konserp matematika itu. Dalam praktet menunjukan
, bukan sembarang pengulangan yang menjadikan keberhasilan belajar , akan
tetapi pengaturan waktu , distribusi frekuensi ulangan juga menentukan
keberhasilan belajar peserta didik .
c. Hukum
Akibat (Law of Effect)
Hukum ini menunjukan bagaimana pengaruh suatu
tindakan bagi tindakan serupa. Apabila
suatu hubungan yang dapat dimodifikasi dibuat antara stimulus dan respon
dan di ikuti oleh kondisi peristiwa yang sesuai, hubungan yang terjadi semakin
meningkat kekuatannya. Bila kondisi peristiwa yang tidak sesuai mengiringi
hubungan tadi, kekuatan hubungan menjadi berkurang. Berarti suatu tindakan yang
di ikuti oleh akibat yang menyenangkan akan cenderung mengulangi tindakan itu ,
sedangkan tindakan yang di ikuti oleh akibat yang tidak menyenangkan akan
cenderung untuk tidak mengulangitindakan itu lagi. Namun menurut Thorndike
bahwa hukuman tidak selalu melemahkan hubungan S dan R , dan juga tidak
mempunyai akibat yang berlawanan terhadap ganjaran. Hukum akibat ini
mengarahkan kepada pengguna ganjaran nyata, misalkan nilai baik dicantumkan
pada kertas pekerjaan peserta didik.
Menurut paham ini belajar merupakan proses yang
mekanis dan pengajar memegang peran utama di dalam proses belajar peserta
didik. Pengajar melatih peserta didik dan menentukan apa yang harus dipelajari
peserta didik. Pandangan ini menunjukkan dengan adanya hubungan yang kuat
antara pertanyaan dan jawaban , pelajaran dapat lebih lama di ingat , semakin
sering pengulanagan yang dilakukan maka makin kuat bahan pelajaran yang
tersimpan dalam ingatan.
2.
Teori Skinner
B.F. Skinner
berpendapat bahwa ganjaran atau pengetahuan merupakan unsur terpenting didalam
belajar. Skinner lebih suka istilah penguatan dari pada ganjaran , sebab
ganjaran adalah suatu kejadian yang menggembirakan sehingga tingkah lakunya di
interpretasikan subyektif , sedangkan penguatan merupakan suatu akibat yang
meningkatkan kemungkinan suatu respon. Dengan demikian penguatan tertuju kepada
hal-hal yang diamati dan diukur.
Skinner membagi
penguatan menjadi dua macam yaitu:
a) Penguatan
positif
Penguatan positif sebagai stimulus, bila
penyajiannya mengiringi suatu tingkah laku peserta didik yang cenderung
meningkatkan pengulangan tingkah laku itu, ini berarti tingkah laku itu
diperkuat, misalnya ganjaran seperti pujian
b) Penguatan
negatif
Penguatan negatif adalah stimulus yang dihapuskan
yang cenderung menguatkan tingkah laku.
Misalkan perhatian serius para peserta didik terhadap pelajaran matematika
dapat ditingkatkan dengan menghilangkan stimulus yang menganggu seperti
suara-suara gaduh, tindakan peserta didik yang mengacu ataupun tingkah laku
pengajar yang tidak baik.
Skinner
berpendapat bahwa maksud psikologi itu adalah untuk memprediksi dan mengontrol
tingkah laku , karena semua tingkah laku dipelajari sehingga merupakan
prinsip-prinsip belajar , maka seorang pengajar dapat menggunakan
prinsip-prinsip belajar tingkah laku yang sama untuk mengubah tingkah laku
seorang peserta didik.
Skinner
membedakan dua macam responding:
1. Responding
Conditioning (respondent response)
Responding
Conditioning (respondent response) yaitu respon yang diperoleh dari beberapa
stimulus yang teridentifikasi . stimulus yang teridentifikasi menimbulkan
respon yang relatif tetap. Belajar dengan cara ini hanya efektif bila suatu
respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu. Kekuatan hubungan S-R itu
bergantung kepada classical conditioning dari R dan S. Classical conditioning
merupakan proses membentuk dan memperkuat hubungan antara stimulus tidak asli
dengan suatu respon, dengan cara mengasosiasikan respon yang tidak asli dengan
stimulus asli yang secara spontan menimbulkan respon tersebut.
2. Operant
Conditioning
Operant
conditioning adalah suatu respon terhadap lingkungannya. Respon yang timbul ini
diikuti oleh stimulus-stimulus tertentu, stimulus yang demikian ini disebut
penguatan sebab stimulus-stimulus itu memperkuat respon yang telah dilakukan
seseorang. Bedanya dengan responding conditioning , operant conditioning ini
tidak ada stimulus yang spesifik atau dapat di identifikasi yang secara taat
asas menentukan respon.
Responding
conditioning sangat terbatas sebab hubungan antara S dan R umumnya sudah pasti,
sehingga kemungkinan untuk memodifikasi adalah kecil. Lain hanya dengan operant
conditioning tipe belajar ini merupakan bagian terbesar dari tingkah laku
manusia sehingga kemungkinan memodifikasi adalah besar sekali.
Langkah-langkah
pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi
hal-hal yang merupakan penguat/ganjaran untuk tingkah laku yang dikehendaki.
2.
Analisislah hasil identifikasi
komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dikehendaki itu.
3.
Urut komponen-komponen itu sebagai
tujuan sementara. Identifikasi penguat/ganjaran untuk masing-masing komponen.
4.
Laksanakan pembentukan tingkah laku yang
dikehendaki dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.
Bila
komponen pertama telah dilakukan , beri ganjaran , hal ini mengakibatkan
komponent itu sering dilakukan . Bila komponen ini sudah terbentuk , komponen
kedua diberi ganjaran sedang ganjaran yang diberikan pada komponen pertama
dihentikan. Demikian seterusnya , sehingga tingkah laku yang dikehendaki
terbentuk. Skinner berpendapat bahwa penguatan harus diberikan dengan segera,
tidak ditunda-tunda. Namun , skinner juga menyadari adanya kesulitan untuk
memberikan penguatan dengan segera itu. Karena itu ia berusaha mengatasi
kesulitan tersebut yaitu dengan menggunakan instruksi-instruksi yang
diprogramkan.
Dalam
pandangan skinner komponen-komponen penting dalam pengajaran matematika adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan
yang dinyatakan adalah terminologi tingkah laku.
2. Tugas
dibagi menjadi ketrampilan-ketrampilan yang satu menjadi persyaratan dari yang
lain.
3. Penentuan
hubungan antara ketrampilan pra syarat dan urutan logis dari materi yang akan
dipelajari.
4. Perencana
materi dan prosedur mengajar untuk setiap tugas bagian.
5. Pemberian
balikan kepada peserta didik yang dapat dilihat penampilan peserta didik dimana
peserta didik itu telah selesai melaksanakan tugas-tugas bagian yang mendukunh
pencapaian tujuan-tujuan tadi.
Fungsi
terpenting dari pengajar , setelah merumuskan tujuan adalah analisis tugas
(komponen 2 dan 3) . analisis tugas memungkinkan pengajar untuk mengurut bahan
pelajaran secara sempurna sehingga memberikan fasilitas belajar yang efektif
dan efesien. Menurut skinner analisis tugas merupakan fungsi terpenting dalam
mengajar.
3. Teori
Gegne
Menurut Gegne , belajar
merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara
permanen, sedemikian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada
situasi baru. Pengamat akan mengetahui tentang terjadinya proses belajar pada
diri seseorang apabila terjadi perubahan tingkah laku seseorang tersebut.
Gegne berpendapat bahwa
kematangan bukanlah belajar, sebab perubahan tingkah laku yang terjadi,
dihasilkan dari pertumbuhan struktur dalam diri manusia itu. Dengan demikian,
belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yag datangnya dari
luar, sedang kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan
tingkah laku yang tetap sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang itu
berinteraksi dengan lingkungan.
Teori belajar yang
dikemukakan gegne dikenal sebagai teori pemrosesan informasi. Teori ini pada
dasarnya menyatakan bahwa untuk menjelaskan feomena belajar, proses yang akan
terjadi seperti halnya dengan transformasi dari masukan ke keluaran yang
terdapat dalam kerja komputer.
Pada dasarnya belajar terjadi karena adanya bermacam-macam stimulus yang datangnya dari lingkungan peserta didik. Stimulus ini merupakan contoh sebagai masukan untuk proses belajar, keluarannya merupakan modivikasi tingkahlaku yang dapat diamati.
Dalam gambar 2.1 sebelah kanan “reseptor” dan “efektor” menunjukan adanya sistem syaraf pusat, tetapi penempatannya tidak ditenukan secara tepat. Stimulis dari lingkungan peserta didik mempengaruhi “reseptor” yaitu penerima stimulus kemudian masuk ke sistem syaraf melalui “daftar sensori” yaitu organ yang menerima pertama kali adanya stimulus itu. Stimulus berupa informasi yang diperoleh dari melihat, mendengar , meraba dan sebagainya itu dikodekan dalam “daftar sensori” yang representasinya berbentuk pola tertentu . selanjutnya informasi tertentu itu memasuki “masa ingatan pendek” dimana informasi itu di “kode”kan lagi dalam bentuk konseptual. Tertangkapnya informasi kedalam “masa ingatan pendek” waktunya secara relatif pendek, hanya beberapa detik. Namun informasi itu diproses dalam bentuk semacam “latihan” yang terjadinya secara internal dan karena itu informasi tertahan dimasa “ingatan pendek” dalam jangka waktu lama. Jika informasi itu harus diingat, sekali lagi informasi itu ditransformasikan dan masuk ke “masa ingatan lama” yang disimpan untuk diungkap kembali. “masa ingatan pendek” dan “masa ingatan lama” tidak berbeda, yang berbeda adalah cara berfungsinya.
Informasi baik dari “masa ingatan pendek” dan “masa ingatan lama” bila diungkapkan akan melalui “penghasil respon” . “penghasil respon” berfungsi mentransformasikan informasi itu ke dalam tindakan. Pesan/perintah dalam struktur ini mengaktifkan “efektor” yang berupa otot-otot dan kemudian menghasilkan tingkah laku peserta didik tersebut. Pengamat dapat melihat bahwa stimulus telah mengakibatkan tingkah laku yang diharapkan . ini berarti informasi telah diproses dan peristiwa
belajar telah terjadi. Struktur gambar 2.1 yang sangat penting adalah pengaturan dan pengharapan . sinyal-sinyal dari struktur ini dipandang untuk mengaktifkan dan memodifikasi arus informasi.
Serangkain peristiwa yang menyatakan fase suatu kegiatan belajar dan proses yang menghubungkan terlihat pada gambar 2.2 dibawah ini
1. Fase Motivasi
Harapan akan tujuan belajar yang akan dicapai
2. Fase Pemahaman
Perhatian terhadap unsur-unsur tertentu sehingga merupakan tanggapan selektif.
3. Fase Penguasaan
Pengkodean untuk dimasukkan dalam ingatan
4. Fase Ingatan
Penyimpanan dalam ingatan.
5. Fase Pengungkapan Kembali
Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan dicari kembali
6. Fase Generalisasi
Transfer pengetahuan yang dimiliki ke pengetahuan yang sejenis
7. Fase Perbuatan
Menyatakan bahwa tujuan belajar tercapai
8. Fase Umpan Balik
Penguatan terhadap pencapaian tujuan belajar
Learning Mathematics 3rd Edition. Issues, Theory and Classroom Practice (Antony Orton)
Ada teori yang secara khusus berkaitan dengan pembelajaran matematika, dan ada teori belajar umum yang jelas relevan. Mengingat kompleksitas sifat kemampuan manusia dan fakta bahwa sangat sulit untuk diisolasi kemampuan matematis dari kemampuan lain dan dari kemampuan keseluruhan (lihat Bab 8), tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan bahwa teori pembelajaran umum mungkin banyak ditawarkan. Teori umum tentang pembelajaran pasti tidak bisa diabaikan. Pendekatan teoritis Untuk belajar dikenal sebagai behaviourism adalah contoh teori belajar umum yang menyebabkan aplikasi spesifik untuk matematika (lihat Bab 3). Dien (1973, hal 5) mengatakan '. . . Tidak ada seorang pun hari ini meragukan kenyataan bahwa hubungan respon stimulus mengarah pada sebuah pelatihan yang sebagian besar waktu menyebabkan penyumbatan mental. . . '. Stewart (1985, hal 1) mendukung pandangan saat ini dalam menyatakan bahwa '. . . behaviourism pada dasarnya sebagai teori yang bisa menjelaskan aspek-aspek aktivitas mental manusia secara lebih kompleks '.
Teori matematika Diens yang dihasilkan terdiri dari empat prinsip:
1. Prinsip dinamis
2. Prinsip konstruktivis
3. Prinsip variabilitas matematis
4. Prinsip variabilitas perceptual.
Teori pembelajaran bermakna Ausubel
Belajar Bermakna
Setiap teori belajar matematika harus memperhatikan struktur subyek. Tidak mungkin mempelajari bilangan bulat dan bilangan rasional , sebelumnya bilangan natural dipahami secara bermakna. Pembelajaran lebih berarti daripada pengetahuan tentang sistem bilangan yang memungkinkan perhitungan dan perhitungan sederhana. Bagi Ausubel pembelajaran yang berarti adalah sebuah proses yang melaluinya pengetahuan baru diserap dengan menghubungkannya ke beberapa aspek relevan yang ada dari individu yang sudah ada sebelumnya, struktur pengetahuan Jika tidak ada konsep relevan yang ada dalam pikiran Pengetahuan baru bisa dikaitkan, pengetahuan baru pasti ada dipelajari dengan hafalan dan disimpan dengan cara yang sewenang-wenang dan tidak terputus. Jika pengetahuan baru diasimilasikan dalam struktur pengetahuan yang ada sebagai unit terkait, dan jika modifikasi yang tepat dari pengetahuan sebelumnya (akomodasi) berlangsung, maka hasil Belajar bermakna.
Oleh karena itu semua tidak perlu , atau mungkin banyak pengetahuan untuk diakuisisi oleh proses penemuan. Pengajaran ekspositori yang baik bisa pastikan pengetahuan baru terkait dengan ide-ide yang ada, dan ini mungkin tidak hanya akan lebih ekonomis (dalam hal waktu yang dibutuhkan) daripada penemuan, mungkin saja lebih efisien dalam hal kualitas dan keluasan pembelajaran
0 Komentar