MAKALAH
Evaluasi dan Supervisi
Pendidikan Matematika
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan
penilaian hasil belajar merupakan salah satu tahapan penting dalam belajar
mengajar. Guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kepuasan siswa
terhadap hasil belajar yang diperoleh. Dengan demikian, guru patut dibekali
cara untuk menilai hasil belajar siswa tanpa merugikan siswa, dengan kata lain
menilai secara objektif. Penilaian hasil belajar yang baik, dapat diwujudkan
manakala guru menggunakan alat ukur yang tepat, yang dinamakan instrumen
evaluasi. Guru dapat melakukan penilaian hasil belajar siswa, manakala
berpegang teguh terhadap instrumen evaluasi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan tersebut, rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa
pengertian dari instrumen evaluasi?
2.
Apa
saja jenis instrumen tes serta kelebihan dan kekurangannya?
3.
Bagaimana
cara mengembangkan instrumen evaluasi tes?
4.
Bagaimana
cara menganalisis butir soal dari instrumen tes yang dibuat?
C. Tujuan
Tujuan yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahuipengertian
instrumen evaluasi.
2.
Mengetahui
jenis instrumen tes serta kelebihan dan kekurangannya.
3.
Mengetahui
cara mengembangkan instrumen tes.
4.
Mengetahui
cara menganalisis butir soal tes yang dibuat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
INSTRUMEN EVALUASI
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Ali Hamzah (2014), kata instrumen diartikan
sebagai:
1.
Alat
yang digunakan dalam suatu kegiatan
2.
Sarana
untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Instrumen
penilaian merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru untuk mengumpulkan data
tentang karakteristik siswa dengan cara melakukan pengukuran (Eko Putro
Widoyoko, 2014). Instrumen evaluasi pembelajaran matematika merupakan alat ukur
yang dipakai dalam pembelajaran matematika, untuk menilai dan mengevaluasi
sampai sejauh mana proses pembelajaran matematika mencapat sasarannya (Ali
Hamzah, 2014).
Mencermati
beberapa uraian tersebut, maka instrumen penilaian hasil belajar adalah alat
yang digunakan dalam kegiatan penilaian hasil belajar dengan keunggulan lebih
lengkap dan sistematis, sehingga mengurangi kesempatan guru untuk bertindak
subjektif dalam menilai hasil belajar siswa.Instrumen yang digunakan oleh guru
harus bersifat substansial, konstruktif dan disajikan dengan bahasa yang baik,
serta diberi penjelasan detail disertai contoh, sehingga tidak terjadi
kebingungan dalam menilai. Bentuk intrumen ada dua yakni tes dan nontes. Dalam makalah
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai instrumen tes.
B.
JENIS INSTRUMEN TES
Instrumen tes
merupakan alat yang digunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa melalui
tes, untuk mengetahui seberapa besar penguasaaan siswa akan suatu materi. Ciri
tes yang baik yaitu valid (tesnya tepat dalam mengukur), reliabel (tesnya tetap
dalam mengukur), objektif (penilaiannya tidak berubah-ubah), pratikabilitasdan
ekonomis (Eko Putro Widoyoko, 2014).
1.
Validitas
Alat ukur
dikatakan valid apabila dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas
suatu instrumen tes dibagi menjadi 4, yakni (Ali Hamzah, 2014):
a.
Validitas
isi
Suatu tes
mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap
materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Tes
dikatakan mempunyai validitas isi yang baik apabila terdiri dari item-item yang
mewakili semua materi yang hendak diukur.
b.
Validitas
konstruk
Validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa yang benar-benar
hendak diukur sesuai dengan konsep khusus yang telah ditetapkan. Validitas
konstruk digunakan untuk mengukur variabel dalam instrumen seperti untuk
mengukur sikap, minat, konsep diri, gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi,
sehingga dalam perumusan indikator perlu adanya ketelitian. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membuat indikator yang sesuai validitas konstruk:
1)
Seberapa
jauh indikator tersebut merupakan indikator yang tepat dan konstruk yang telah
dirumuskan.
2)
Indikator
harus homogen, konsisten dan konvergen untuk mengukur konstruk dari variabel
yang hendak diukur.
3)
Indikator
harus lengkap dalam mengukur konstruk secara utuh.
c.
Validitas
konkruen
Validitas yang
mempunyai hasil berdasar pada pengalaman.
d.
Validitas
prediksi
Tes yang
mempunyai kemampuan meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
2.
Reliabilitas
Reliabilitas
adalah kekonsistenan, keajekan dan tidak berubah-ubah dalam kondisi yang
berbeda. Tes dikatakan reliabilitas apabila memberikan hasil yang tetap apabila
diteskan berkali-kali.
3.
Objektivitas
Tes dikatakan
objektif apabila dalam pelaksanaannya tidak ada faktor luar yang
mempengaruhinya, terutama dalam hal skoringnya. Unsur subjektivitas dapat
diminimalisir dengan cara sebagai berikut:
a.
Kontinu
(terus-menerus) sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan siswa.
b.
Komprehensif
(menyeluruh) yakni mencakup keseluruhan materi, mencakup berbagai aspek
berpikir dan memalalui berbagai cara seperti tes tertulis, tes lisan dan pengamatan.
4.
Praktikabilitas
Tes dikatakan
praktikabilitas, jika bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. Tes
yang paktis meliputi:
a.
Mudah
dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada
siswa untuk mengerjakan bagian yang dianggap mudah.
b.
Mudah
pemeriksaannya, tes dilengkapi kunci jawaban maupun pedoman skoringnya.
c.
Dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat diberikan orang lain.
5.
Ekonomis
Pelaksanaan tes
tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.
Jenis pengelompokan tes dalam Suharsimi Arikunto (2009)adalah sebagai berikut:
1.
Tes
Objektif
a.
Tipe
Pilihan Ganda
Tes pilihan
ganda adalah tes dimana setiap butir soal memiliki jumlah alternatif jawaban
lebih dari dua. Tes tipe ini merupakan salah satu tes yang paling populer dalam
penyajian soal tes mata pelajaran matematika. Kelebihan tes tipe ini adalah
dapat mengukur segala level pengetahuan, mencakup seluruh materi dan penskoran
hasil tes bersifat objektif. Kelemahan tes tipe ini adalah relatif sulit dalam
punyusunan butir soal.
b.
Tipe
Menjodohkan
Butir soal tipe
menjodohkan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertanyaan dan kelompok
jawaban. Tugas siswa adalah mencari dan menjodohkan jawaban yang tepat.
Kelebihan tes tipe ini adalah baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan
dengan definisi, menguji kemampuan dua hal secara langsung maupun tidak
langsung, mudah diskor, mudah dalam penyusunan dan mencakup seluruh materi.
Kekurangan tes tipe ini hanya mengandalkan pengujian aspek ingatan siswa.
c.
Tipe
Benar Salah
Tes tipe benar salah adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternative jawaban yaitu pernyataan yang benar dan yang salah. Soal tipe ini, hanya meminta siswa untuk menyilang atau melingkari pernyataan yang dianggap benar. Kelebihan tes tipe ini adalah mudah penyusunannya, mencakup materi yang lebih luas, mudah dilakukan skoring dan merupakan instrumen yang baik untuk mengetahui daya ingat siswa. Kekurangan tes tipe ini adalah mendorong siswa untuk menebak jawaban dan hanya dapat mengungkap daya ingat siswa, dengan mengabaikan kemampuan siswa dalam hal lain.
2.
Tes
Subjektif
Tes subjektif
pada umumnya berbentuk uraian yang menuntut siswa untuk mengekspresikan apa
yang ada dipikiran siswa (Asmawi dan Noehi dalam Eko Putro Widoyoko, 2014).
Jumlah butir soal uraian pada umumnya berkisar 5-10 butir soal dengan waktu
pengerjaan 90 sampai dengan 120 menit (Eko Putro Widoyoko, 2014). Kelebihan tes
tipe ini adalah menuntut siswa untuk mengingat kembali materi disertai dengan
daya kreativitas yang tinggi, meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih
giat daripada bentuk tes objektif, mudah dalam penyusunan soal, mendorong siswa
untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa sendiri dan dapat mengukur
hasil belajar secara kompleks. Kelemahan tes ini adalah validitas dan
reliabilitas rendah, membutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi, memunculkan
sifat subjektif dalam memberikan skor penilaian, kurang representatif dan
jawaban siswa kadang tidak langsung masuk ke inti masalah yang ditanyakan.
Jenis instrumen
tes telah diuraikan di atas, namun dalam pemilihan tipe soal harus sesuai
dengan tujuan. Tipe soal tes objektif maupun subjektif sebaiknya disusun dengan
memperhatikan Kata Kerja Operasional (KKO) yang dicetuskan oleh Benyamin S.
Bloom tahun 1956 dan direvisi oleh Lorin W. Anderson dan David Krathwohl pada
tahun 2001. Adapun KKO yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Mengingat (remember) C1 |
Memahami (Understand) C2 |
Mengapli-kasikan (Apply) C3 |
Menganalisis (Analyze) C4 |
Mengevaluasi (Evaluate) C5 |
Mencipta (Create) C6 |
Mengutip Menebitkan Menjelaskan Memasagkan Membaca Menamai Meninjau Mentabulasi Memberi
kode Menulis Menytakan Menunjukkan Mendaftar Menggambar Membilang Mengidentifikasi Menghafal Mencatat Meniru
|
Memperkirakan Menceritajan Merinci Megubah Memperluas Menjabarkan Mnconthkan Mengemukakan Menggali Mengubah Menghitung Menguraikan Mempertahankan Mngartikan Menerangkan Menafsirkan Memprediksi Melaporkan membedakan |
Mengaskan Menentukan Menerapkan Memodifikasi Membangun Mencegah Melatih Menyelidiki Memproses Memecahkan Melakukan Mensimulasi-kan Mengurutkan Membiasakan Mengklasifi-kasi Menyesuaikan Menjalankan Mengoperasi-kan Meramalkan
|
Memecahkan Menegaskan Meganalisis Menimpulkan Menjelajah Mengaitkan Mentransfer Mengedit Menemukan Menyeleksi Mengoreksi Mendeteksi Menelaah Mengukur Membangunkan Merasionalkan Mendiagnosis Memfokuskan Memadukan
|
Membandingkan Menilai Mengarahkan Mengukur Meangkum Mendukung Memilih Memproyeksikan Mengkritik Mengarahkan Memutukan Memisahkan menimbang |
Mengumpulkan Mengatur Erancang Membuat Merearasi Memperjelas Mengarang Menyususn Mengode Mengkombinasi-kan Memfasilitasi Mengkonstruksi Merumuskan Menghubungkan Menciptakan menampilkan |
C.
MENGEMBANGKAN INSTRUMEN TES
Langkah yang
dapat ditempuh dalam mengembangkan instrumen tes yang shahih adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan
Tujuan Penilaian
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen penilaian
adalah menetapkan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sudah tertuang dalam
perencanaan pembelajaran. Pendidik hanya perlu mencermati tujuan dalam
perencanaan, apabila perlu dapat dikembangkan lebih rinci dan detail karena
dalam pengembangan instrumen pendidik akan lebih fokus menyusun instrumen untuk setiap kompetensi dasar. Tujuan
penilaian juga seperti dalam perencanaan perlu mencantumkan aspek apa yang akan
dinilai (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) dan bagaimana penilaian tersebut
akan diberikan.
Tujuan penilaianjuga perlu memperhatikan bentuk
penilaian yang akan dibuat (formatif, diagnostik, atau sumatif). Penilaian
formatif Penilaian formatif diberikan untukmengetahui efektivitas mengajar
pendidik dan informasi kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian diagnostik dilakukan untuk mendeteksi kesalahan konsep
pada peserta didik, biasanya dilakukan sebelum proses pembelajaran
dimulai,sehingga pendidik dapat merencanakan proses pembelajaran yang
harusdilakukan. Penilaian sumatif diberikan pada akhir pembelajaran yang
digunakan untuk mengukur capaian belajar peserta didik.
2. Penyusunan
Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi
tes/instrumen (meliputi KI KD, kelas, materi, indikator soal, jumlah soal, dan
bentuk tes) yang akan dibuat. Dalam membuat kisi-kisi ini, harus dicermati
indikator pencapaian penilaian yang merupakan ciri dari tercapainya KD.
Berdasarkan indikatorditentukan bentuk instrumen penilaian yang akan diberikan.
Kisi-kisiberfungsi sebagai pedoman dalam menyusun instrumen. Kisi-kisi
penilaian prestasi belajar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Mewakili
isi kurikulum/kemampuan yang akan diujikan.
b. Komponen-komponennya
rinci, jelas, dan mudah dipahami (kompenen identitas dan komponen matrik).
c. Dapat
dibuat soalnya/tugasnya sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan. Indikator kisi-kisi harus sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi yang ada dalam perencanaan penilaian.
Langkah-langkah pembuatan kisi-kisi adalah sebagai
berikut:
a. Menetapkan
tujuan penilaian yang mencakup mata pelajaran yang akan diuji, kelas dan
semester dan bentuk penilaian.
b. Menuliskan kompetensi dasar
c. Menuliskan
materi yang akan dinilai
d. Membuat
indikator instrumen penilaian yang merupakan gambaran tentang instrumen yang
harus dibuat.
e. Menetapkan
nomor soal apabila butir soal dari instrumen yang dibuat lebih dari satu.
3. Penyusunan
Instrumen Penilaian
Penyusunan instrumen penilaian dilakukan setelah
kisi-kisi dibuat. Pada kegiatan ini dilakukan perumusan butir-butir instrumen
penilaian berdasarkan kisi-kisi penilaian. Jika instrumen penilaian berupa tes,
pada tahap ini pendidik perlu menulis butir-butir soalnya berdasarkan indikator
soal yang telah dituliskan pada kisi-kisi. Setiap indikator soal dapat
dituangkan menjadi satu atau lebih butir soal sesuai dengan tuntutan indikator.
Soal bentuk uraian perlu dilengkapi pedoman penskoran (rubrik penilaian).
Apabila instrumen penilaian berupa penugasan (kinerja praktik/produk, proyek,
atau portofolio) pada tahap ini pendidik perlu membuat tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh peserta didik dan menyusun rubrik penilaiannya.
4. Validasi
Instrumen
Validasi instrumen penilaian dilakukan untuk melihat
kualitas instrumen yang dibuat sehingga instrumen tersebut menjadi valid, yaitu
sesuai dengan apa yang hendak diukur yang tertuang dalam tujuan penilaian dan
indikator soal. Validasi instrumen dapat dilakukan secara kualitatif dan atau
kuantitatif. Validasi instrumen secara kualitatif dapat dilakukan melalui
proses telaah instrumen, sedangkan validasi instrumen secara kuantitatif
dilakukan melalui ujicoba dan analisis hasil ujicoba.
a. Telaah
Instrumen
Telaah instrumen penilaian secara teoritis atau
kualitatif dilakukan untuk melihat kebenaran instrumen darisegi materi,
konstruksi, dan bahasa. Telaah instrumen secara teoritis dapat dilakukan dengan
cara meminta bantuan ahli/pakar teman sejawat, atau apabila terpaksa dapat
dilakukan telaah sendiri.
b. UjiCoba
Instrumen
Validasi instrumen secara kuantitatif dilakukan
melalui langkah ujicoba instrumen sehingga akan diperoleh data empiris terhadap
kualitas instrumen yang telah disusun. Ujicoba dapat dilakukan ke sebagian
peserta didik, sehingga dari hasil ujicoba ini diperoleh data yang digunakan
sebagai dasar analisis atau pada semua peserta didik bersamaan dengan
pelaksanaan penilaian sehingga datanya menjadi lebih banyak.
c. Analisis
Hasil UjiCoba Instrumen Penilaian
Hasil ujicoba terutama untk pilihan ganda atau
uraian, terutama dianalisis untuk mengetahui tingkat kesukaran, pola jawaban,
efektifitas pengecoh, dan daya beda.
d. Revisi
Instrumen Penilaian
Berdasarkan hasil analisis butir soal baik secara
kualitatif maupun kuantitatif akan diperoleh kategori soal yang baik, perlu
direvisi, dan tidak baik.
D.
ANALISIS BUTIR SOAL TES
Analisis
kualitas instrumen evaluasi merupakan hal penting dalam melakukan evaluasi, hal
ini untuk mengetahui efektivitas dan kelemahan dari instrumen yang telah
dibuat. Kelemahan instrumen tes dapat disebabkan oleh evaluasi yang tidak
tepat, bobot soal mudah, sedang dan sukar tidak seimbang, sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Pengujian kualitasinstrumensangat penting untuk
dilakukan. Adapun manfaat dari pengujian kualitas instrumen evaluasi antara
lain (Ali Hamzah, 2014):
1.
Membentuk
bank soal standar.
2.
Menentukan
grade tingkat mutu lembaga pendidikan.
3.
Memudahkan
mengambil data lapangan yang berkualitas.
Dalam menganalisis
kualitas instrumen evaluasi tes perlu dilakukan uji daya beda dan tingkat
kesukaran instrumen, yang akan diuraikan sebagai berikut:
1.
Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah peluang
menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran berkisar antara 0
sampai 1. Semakin besar indeks tingkat kesukaran semakin mudah soal tersebut.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran bentuk uraian, menggunakan rumus (Kunandar, 2014):
Keterangan:
P = Tingkat
kesukaran soal
B = Jumlah
peserta tes yang menjawab soal dengan benar
T = Jumlah
seluruh peserta yang ikut tes
Whitney dan Sabers dalam Ali Hamzah (2014), cara
menganalisis tes uraian adalah sebagai berikut:
Keterangan:
P =
indeks tingkat kesukaran
=
jumlah skor kelompok atas
=
jumlah skor kelompok bawah
=
25% peserta didik
Skor maks =
skor maksimal setiap butir tes
Skor mini =
skor minimal setiap butir tes
Klasifikasi
interpretasi tingkat kesukaran dan kualitas butir soal adalah
sebagai berikut (Eko Putro Widoyoko, 2014):
Tingkat
Kesukaran |
Kualitas
Butir Soal |
0,91
– 1,00 |
Sangat
mudah, butir soal tidak baik, tidak digunakan |
0,71
– 0,90 |
Mudah,
butir soal kurang baik, direvisi |
0,31
– 0,70 |
Sedang,
butir soal cukup baik, digunakan |
0,21
– 0,30 |
Sulit,
butir soal kurang baik, direvisi |
0,00
– 0,21 |
Sangat
sulit, butir soal tidak baik, tidak digunakan |
Untuk
mengetahui tingkat kesulitan butir soal keseluruhan dalam suatu soal tes, dapat
dilakukan dengan menjumlahkan tingkat kesultan semua butir soal, kemudian
dibagi dengan jumlah butir soal, yang dirumuskan menjadi:
Keterangan:
= tingkat kesukaran soal
= jumlah tingkat kesulitan butir soal
= jumlah butir soal
Soal
tes sebaiknya disusun berdasarkan tingkat kesulitan yang berimbang, yakni
kategori soal sulit 25%, kategori soal sedang 50%, kategori soal mudah 25%.
Komposisi yang tepat dalam pembuatan soal, maka dalam penilaian dapat mengacu
pada acuan norma dan acuan patokan.
2.
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan
rendah (Suharsimi
Arikunto, 2013). Tahap ini digunakan untuk mengetahui
daya beda setiap butir soal. Oleh karena itu, dalam menyusun butir soal tes seharusnya memiliki sifat yang
menunjukkan kualitas, seperti:
a.
Tidak
dapat dijawab benar baik oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah.
b.
Dapat
dijawab benar oleh siswa kelompok atas tetapi tidak dapat dijawab oleh siswa
kelompok bawah.
c.
Dapat
dijawab benar oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda
setiap butir tes adalah (Ali hamzah, 2013):
Keterangan:
D = Daya pembeda butir
= Banyaknya kelompok atas yang
menjawab benar
= Banyaknya kelompok bawah yang
menjawab benar
= Banyaknya subjek kelompok
atas
= Banyaknya subjek kelompok
bawah
Whitney dan Sabers dalam Ali Hamzah (2014), rumus yang digunakan untuk
mengetahui daya pembeda soal uraian adalah:
D
Keterangan
:
D =
Daya pembeda
=
jumlah skor kelompok atas
=
jumlah skor kelompok bawah
=
25% peserta didik
Skor maks =
skor maksimal setiap butir tes
Skor mini =
skor minimal setiap butir tes
Indeks daya beda berkisar antara
+ 1,0 sampai – 1,0. Daya beda + 1, 0 menunjukkan semua anggota kelompok atas
menjawab benar terhadap butir soal tersebut, sedangkan kelompok bawah menjawab
salah terhadap butir soal tersebut. Sebaliknya daya beda – 1, 0 menunjukkan semua
anggota kelompok atas menjawab salah terhadap butir soal tersebut, sedangkan
kelompok bawah seluruhnya menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Oleh
karena itu, apabila ada daya pembeda yang bernilai negatif, maka butir soal
tidak dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Klasifikasi
interpretasi hubungan daya pembeda dengan kualitas butir soal
adalah sebagai berikut (Eko Putro Widoyoko, 2014):
Daya
Pembeda |
Kualitas
Butir Soal |
0,41 – 1,00 |
Sangat baik,
dapat digunakan |
0,31 – 0,40 |
Cukup baik,
dapat digunakan dengan revisi |
0,21 – 0,30 |
Kurang baik,
perlu pembahasan dan revisi |
0,00 – 0,20 |
Tidak baik,
dibuang atau diganti |
Daya beda butir soal secara langsung
menentukan kualitas butir soal dalam arti kualitas konstruksi butir soal. Bila
suatu butir soal rendah daya bedanya, maka konstruksi butir soal tersebut
dinilai tidak baik. Oleh karena itu, butir soal dapat direvisi dengan patokan
utama yang digunakan adalah daya beda butir soal.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Instrumen
penilaian hasil belajar adalah alat yang digunakan dalam kegiatan penilaian
hasil belajar dengan keunggulan lebih lengkap dan sistematis, sehingga
mengurangi kesempatan guru untuk bertindak subjektif dalam menilai hasil
belajar siswa.Ciri instrument tes yang baik yaitu valid (tesnya tepat dalam
mengukur), reliabel (tesnya tetap dalam mengukur), objektif (penilaiannya tidak
berubah-ubah), pratikabilitasdan ekonomis. Adapun jenis tes dibagia menjadi 2
yaitu tes objektif yang memuat tes pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah
serta tes subjektif. Setiap jenis tes memiliki kelebihan maupun kekurangan,
oleh karena itu perlu adanya penyesuaian jenis tes dengan tujuan pembelajaran.
Instrumen tes yang
shahih dapat disusun dan dikembangkan, dengan cara menetapkan tujuan pembelajaran,menyusun
kisi-kisi, menyusuninstrumen
penilaian dan memvalidasi instrumen. Setelah instrumen tes telah dibuat, perlu untuk
menganalisis setiap butir soal. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
efektivitas dan kelemahan dari instrumen yang telah dibuat. Dalam menganalisis
kualitas instrumen evaluasi tes perlu dilakukan uji daya beda dan tingkat
kesukaran instrumen.
B. Saran
Guru dapat
melakukan penilaian hasil belajar siswa dengan tepat, manakala berpegang teguh
terhadap instrumen tes. Alat ukur / instrumen tes yang tepat dapat memberikan
hasil penilaian yang tepat pula sesuai dengan kemampuan anak. Oleh karena itu, sebelum
melakukan penilaian, guru perlu untuk membuat instrumen tes.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
www.fmidki.org diunduh 10 April 2018 pukul 04.15.
0 Komentar