BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam persiapan strategi proses belajar mengajar perlu disusun instrumen
penilaian dalam standar penguasaan. Penyusunan instrumen penilaian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan.
Seperti yang tercantum dalam buku pelaksanaan penilaian (2001), istilah
instrumen penilaian disebut dengan istilah teknik penilaian berupa teknik tes
dan nontes.
Makalah ini akan membahas teknik nontes. Instrumen nontes digunakan jika
kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-al
yang berkenan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi.
Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang
berbeda. Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat
menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan teoretis,
keterampilan, dan sikap. Hal ini sejalan dengan aspek penilaian pada Kurikulum
2013. Pengetahuan teoretis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes.
Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapaun perubahan
sikap dan pertmbuhan anak dalam psikologi hanya dapat dikur dengan teknik
nontes.
Oleh
karena itu, dalam hal ini disusunlah makalah yang berjudul “Pengembangan Instrumen Nontes”
bagi mahasiswa pendidikan sebagai sarana belajar tentang konsep dasar penilaian
yang dilaksanakan di sekolah dan mengkritisi evaluasi pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.Makalah ini berisi pengertian penilaian nontes, macam-macam instrumen
nontes, cara pengembangan instrumen nontes, dan skala pengukuran dan penskoran
yang digunakan dalam instrumen nontes.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada
malakah ini adalah:
1.
Apa saja
jenis instrumen nontes?
2.
Bagaimana
cara pengembangan instrumen nontes?
3.
Bagaimana
skala pengukuran dan penskoran yang digunakan dalam instrumen nontes?
C. Tujuan
Penyusunanmakalah ini bertujuan untuk:
1.
Menjelaskan macam-macam instrumen nontes
2.
Menjelaskan
tentang cara pengembangan instrumen
nontes
3. Menjelaskan
tentang skala pengukuran dan
penskoran yang digunakan dalam instrumen nontes
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam
Penilaian Nontes
Penilaian hasil belajar
tidak hanya dilakukan dengan tes, tetapi dapat juga dilakukan melalui alat atau
instrumen pengukuran bukan tes. Instrumen untuk memperoleh informasi hasil
belajar non tes terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan
dengan aspek sikap, yaitu aspek yang berhubungan dengan penampilan yang dapat
diamati daripada yang diketahui atau dipahaminya. Macam-macam instrumen non tes
yang dapat digunakan guru adalah observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek,
skala penilaian,a ngket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori
kepribadian, dan teknik pemberian penghargaan pada peserta didik ( Arifin,
2016) yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilai banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan.
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (=data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan (Sudijono,2009). Menurut Arifin (2016) observasi
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, dan
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum,
observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan.
Tujuan observasi antara
lain sebagai berikut.
·
Mengumpulkan data dan informasi
mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam
situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
·
Mengukur perilaku kelas baik guru maupun peserta didik), interaksi
antara peserta didik dan guru dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya,
terutama kecakapan sosial.
Dilihat dari
teknis pelaksanaanya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
·
Observasi langsung, yaitu
observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
·
Observasi tak langsung, yaitu
observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
·
Observasi partisipasi, yaitu
observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri
dalam situasi objek yang diteliti.
Dilihat dari
kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
·
Observasi berstruktur, yaitu
semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan
kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi
dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
·
Observasi tak bertruktur, yaitu
semua kegiatan guru sebagai observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja
yang pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Secara umum,
observasi dibagi menjadi lima macam, yaitu:
·
Observasi partisipan
Obnservasi
partisipan adalah observasi yang dilakukan simana observer turut ambil bagian
dalam peri kehidupan orang atau objek-obejk yang diobservasi. Contoh observasi
partisipan adalah mengamati metode yang dipakai dalam pembelajaran
matematikayang dilakukan guru matematika sementara ia sendiri adalah guru
matematika. Sedangkan observasi dengan pura-pura disebut quasi participant observation.Kata berpura-pura adalah tidak
sebenarnya secara keseluruhan berperan dan berperilaku sebagai objek yang
diamati, karena ada sesuatu aktivitas objek yang tidak bisa digantikannya.
Misalkan peneliti laki-laki akan meneliti tentang kehidupan wanita teladan,
maka ia tidak akan bisa sepenuhnya berperilaku seoerti kehidupan wanita itu.
·
Observasi nonpartisipan
Observasi
nonpartisipan adalah bila pengamat tidak berperan serta dalam kehidupan objek
yang diamati.Misalkan seorang dosen yang sedang mengajar mengamati tingkah laku
mahasiswanya yang sedang belajar mengikuti perkuliahnnya.
·
Observasi sitematik
Observasi
sistematik disebut juga dengan observasi berstruktur dimana terdapat keramgka
yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dahulu, dan
ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori
sistematik.Misalnya siswa bertanya, guru menjelaskan materi, siswa berdiskusi,
guru dan siswa membahas hasil diskusi, dan sebagainya.Ungkapan itu dikatakan
pedoman observasi.
·
Observasi nonsistematik
Obnservasi
nonsistematik adalah observasi yang tidak menggunakan kerangka dimana
pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan halaman kosong sehingga pengamat
harus pandai merekam hal-hal penting yang etrjadi selama proses pengamatan.
Disini tidak ada pedoman observasi dan tidka membatasi apa yang akan
diobservasi.
·
Observasi eksperimental
Observasi
eksperimental dimana observer tidak terlibat dalam dinamika dan kompleksitas
situasi yang diseledikinya, tetapi merasa perlu mengendalikan unsur penting
dalam situasi tertentu, sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan
observasi dan dapat dikendalikan untuk menghindari bahaya timbulnya
faktor-faktor yang tidak diharapkan.
Kelebihan
observasi antara lain sebagai berikut.
1.
Observasi merupakan alat untuk
mengamati berbagai macam fenomena.
2.
Observasi cocok untuk mengamati
perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan kegiatan
3.
Banyak hal yang tidak dapat
diukur dengan tes, tetapi justtu lebih
tepat dengan observasi.
4.
Tidak terikat dengan laporan
pribadi.
Kelemahan observasi
antara lain sebagai berikut.
1.
Seringkali pelaksanaan
observasi terganggu oleh cuaca bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari
observer ataupun dari observer itu
sendiri.
2.
Biasanya masalah pribadi sulit
diamati
3.
Jika proses yang diamati
memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
Adapun langkah-langkah
penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut.
1.
Merumuskan tujuan observasi.
2.
Membuat layout atau kisi-kisi
observasi.
3.
Menyusun pedoman observasi.
4.
Menyusun aspek-aspek yang
observasi baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik dan
kepribadiannya maupun penampilan guru dalam pembelajaran.
5.
Melaukan uji coba pedoman
observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi.
6.
Merevisi pedoman observasi
berdasarkan hasil uji coba.
7.
Melaksanakan observasi pada
saat kegiatan berlangsung.
8.
Mengolah dan menafsirkan hasl
observasi.
Contoh
Analisis hasil observasi:
Tujuan:
Mengetahui Kemampuan Guru dalam Mengajar
Nama Guru: ...
Pendidikan : ...
No |
Apek
yang diamati |
Nilai
Pengamatan |
|||
4 |
3 |
2 |
1 |
||
1. |
Penguasaan
bahan |
|
V |
|
|
2. |
Kemampuan
menjelaskan bahan |
V |
|
|
|
3. |
Hubungan
dengan siswa |
|
V |
|
|
4. |
Penguasaan
kelas |
V |
|
|
|
5. |
Keaktifan
belajar siswa |
|
V |
|
|
Pengamat.
................
Dari contoh di
atas, skor hasl observasi adalah:
3 + 4 + 3 + 4 +
3 = 17
Nilai
rata-rata untuk kelima aspek tersebut adalah
Skor ini bisa juga dikonversikan ke dalam bentuk standar 100
atau standar 10
·
Konversi ke dalam standar 100
adalah
·
Konversi ke dalam standar 10
adalah
Jika
dibuat interpretasi untuk setiap aspek, maka dapat disimpulkan bahwa guru
tersebut sangat istimewa dalam hal kemampuan menjelaskan dan penguasaan kelas,
sedangkan dalam penguasaan bahan, komunikasi dengan siswa dan dalam
mengaktifkan siswa termasuk memuaskan.
2. Wawancara
Kata
lain dari wawancara adalah interview
yang berarti suatu cara mendapatkn data dari suatu masalah dengan jalan
menanyakan jawaban masalah, menanyakan pendapat terhadap suatu persoalan kepada
seseorang atau lembaga tentang pendapatnya terhadap solusi masalah itu. Wawancara
adalah suatu cara dalam menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan
dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan
arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara dikatakan sepihak karena
dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk
mengajukan pertanyaan.
Tujuan wawancara wawancara antara lain
sebagai berikut.
·
Memperoleh informasi guna
menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu.
·
Melengkapi suatu penyelidikan
ilmiah.
·
Memperoleh data agar dapat
mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Kelebihan dari
wawancara antara lain sebagai berikut.
1.
Dapat berkomunikasi secara
langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui
objektivitasnya.
2.
Dapat memperbaiki proses dan
hasil belajar
3.
Pelaksanaan wawancara lebih
fleksibel, dinamis dan personal.
Adapun kelemahan
wawancara yang disampaikan anatara lain sebagai berikut.
1.
Jika jumlah peserta didik cukup
banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya.
2.
Adakalnya terjadi wawancara
yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang
diharapkan.
3.
Sering timbul sikap yang kurang
baik dari peserta didik yang diwawancarai dan sikap overaction dari guru
sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara
dengan orang yang diwawancarai.
Wawancara
juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder (alat perekan
suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat dicatat
dengan secara lebih lengkap. Wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan
proses belajar. Bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan
jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Sehingga hubungan dapat dibina lebih
baik agar siswa bebas mengungkapkan pendapatnya.
Ada
dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
·
Wawancara terpimpin(guided interview) yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (structured
interview) atau wawancara sistematis (systematic
interview).
·
Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang sering dikenal
dengan istilah wawancara sederhana (simple
interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic interview) atau wawancara bebas.
Dalam wawancara
terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang
diperlukan; misalnya wawancara dengan siswa atau orang tua wali dan lain-lain.
Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa
tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat.
Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.
Wawancara terpimpin berpegangan pada panduan wawancara (interview guided) yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal
yang dipandang perlu guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari dari siswa,
hal-hal yang tidak disukai dan disukai, keinginan atau cita-citanya, cara
belajar, dan sebagainya.
Dalam wawancara bebas,
jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun harus bekerja
keras dalam menganalisisnya sebab jawabannya bisa beraneka ragam. Hasil atau
jawaban siswa tidak bisa ditafsirkan secara langsung, tetapi perlu analisis dalam bentuk kategori
dimensi-dimensi jawaban, sesuai dengan aspek yang diungkapkan.pada wawancara
bebas, evaluator mengajukan pertanyaan tanpa dikendalikan oleh pedoman
tertentu.
Ada tiga aspek yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, antara lain adalah sebagai berikut.
(a)
Tahap awal pelaksanaan
wawancara
Tahap awal wawancara
bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara.Buatlah situasi yang
mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa takut, dan siswa
terdorong untuk mengungkapkan pendapanya secara bebas dan jujur.
(b)
Penggunaan pertanyaan
Pertanyaan diajukan
secara bertahap dan sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang
telah dibuat sebelumnya.Apabila pertanyaan dibuat secara berstruktur,
pewawancara membacakan pertanyaan kalau perlu, alternatif jawabannya.Siswa
diminta mengemukakan pendapatnya, lalu pendapat siswa diklasifikasikan ke dalam
alternatif jawaban yang telah ada.Bila wawancara tak berstruktur, baca atau
ajukan pertanyaan, lalu siswa diminta menjawabnya secara bebas.
(c)
Pencatatan hasil wawancara.
Hasil wawancara sebaiknya
dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.Mencatat hasil wawancara berstruktur
cukup mudah sebab tinggal memberikan tanda pada alternatif jawaban, misalnya
melingkari salah satu jawaban yang ada.Sedangkan pada wawancara terbuka kita
perlu mencatat pokok-pokok isi jawaban siswa pada lembaran tersendiri. Yang
dicatat adalah jawaban apa adanya dari siswa, jangan tafsiran pewawancara atau
ditambahi dan dikurangi.
Untuk menyusun pedoman
wawancara dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Merumuskan tujuan wawancara.
2.
Membuat kisi-kisi atau layout dan pedoman wawancara.
3.
Menyusun pertanyaan sesuai
dengan data diperlukan dan bentuk pertanyaannya yang diinginkan.
4.
Melaksanakan uji coba untuk
melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun sehingga dapat diperbaiki
lagi.
5.
Melaksanakan wawancara dalam
situasi yang sebenarnya.
Contoh Pedoman Wawancara Bebas
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai
cara belajar siswa dirumahnya.
Bentuk : ...
Responden
: Siswa yang memperoleh hasil
cukup tinggi.
Nama siswa : ...
Kelas/semester : ...
Jenis kelamin : ...
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No |
Masalah |
Tujuan |
Pertanyaannya |
Bentuk pertanyaan |
|
|
|
|
|
Format pedoman wawancara
No. |
Aspek-aspek yang
diwawancara |
Ringkasan jawaban |
Keterangan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh
Analisis hasil wawancara:
Melalui kuesioner ataupun wawancara
diungkapkan pandangan siswa mengenai guru yang diharapkan dalam:
1. Kemampuan
mengajar
2.
Hubungan dengan siswa
Kuesioner atau wawancara diajukan
kepada 40 orang siswa dengan pertanyaan sebagai berikut:
1.
Guru yang saya harapkan adalah guru yang:
2. Menguasai
bahan pelajaran atau pandai dalam bidang ilmunya.
3. Cara
menjelaskan bahannya dapat saya pahami sekalipun tidak begitu pandai/
4. Pandai dalam
bidang ilmunya dan dapat menjelaskannya kepada siswa dengan baik.
5. Sebaiknya
dimulai dari yang umum, kemudian dibahas secara khusus
6. Sebaiknya
dimulai dari yang khusus, kemudian menuju kepada yang umum.
7. Dimulai dari
mana saja asal dijelaskan secara sistematis.
8. Pada waktu
mengerjakan bahan pelajaran.
Kuesioner
yang telah diisi oleh siswa kemudian diperiksa dan diolah dengan menghitung
frekuensi jawaban seluruh siswa terhadap setiap pertanyaan tersebut. Misalnya
hasil pemeriksaan tersebut sebagai berikut:
Tabel 1: Frekuensi jawaban siswa
Mengenai masalah kemampuan guru
mengajar (n=40)
Masalah
yang diungkapkan |
F |
% |
Peringkat
jawaban |
Kemampuan
mengajar
Prosedur
mengajarkan bahan pelajaran
|
4 12 24 10 6 24 |
10 30 60 25 12 60 |
3 2 1 2 3 1 |
Cara lain dalam mengolah data diatas
ialah dengan menggunakan khi kuadrat
Dalam khi kuadrat, yang dicari ialah
adakah perbedaan yang berarti di antara frekuensi hasil; pengamatan atau
jawaban nyata (fo ) dengan frekuensi jawaban yang diharapkan ( fe ). Jika ada
perbedaan, artinya jawaban tersebut betul-betul adanya, bukan karena faktor
kebetulan.
Misal:
Kita ambil jawaban nomor 1 dari
tabel 1
Jawaban |
Fo |
fe |
|
1. menguasai bahan 2. mampu menjelaskan 3. menguasai bahan dan dapat
menjelaskannya |
4 12 24 |
13,31 3,31 3,3 |
6,500,138,61 |
|
Keterangan:
·
fe = 13,3 diperoleh dari 40 / 3 = 13,3
·
Harga
·
Harga
Dengan
demikian
3. Skala Sikap
Skala sikap
merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap suatu objek. Sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi
terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya.
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode,
teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang
maupun berupa obyek-obyek tertentu. Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap
seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yaitu
mendukung (positif), menolak(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah
kecenderungan berperilaku pada seseorang.
Model-model
skala sikap yang bisa digunakan untuk menilai sikap perserta didik terhdap
suatu objek antara lain:
a.
Menggunakan bilangan untuk
menunjukkkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang dinilai, seperti 1,2,3,4,
dan seterusnya.
b.
Menggunakan frekuensiterjadinya
atau timbulnya sikap itu, seperti: selalu, sering kali, kadang-kadang, pernah,
dan tidak pernah.
c.
Menggunakan istilah-istilah
yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali, baik, sedang, dan kurang. Ada
juga istilah-istilah lain, seperti: sangat setuju, setuju, ragu-ragu (tidak
punya pendapat), tidak setuju dan sangat tidak setuju.
d.
Menggunakan istilah-istilah
yang menunjukkan status/kedudukan, seperti sangat rendah, di bawah rat-rata, di
atas rata-rata dan sangat tinggi.
e.
Menggunakan kode bilangan atau
huruf, seperti selalu (5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2),
dan tidak pernah (1).
Salah
satu model untuk mengukur sikap, yaitu dengan menggunakan skala sikap yang
dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, peserta didik tidak disuruh
memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja, tetapi memilih juga
pernyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi ke dalam lima skala, yaitu
sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Setiap pernyataan positif diberi bobot 4,3,2,1, dan 0, sedangkan pernyataan
negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0,1,2,3, dan 4.
Untuk
menyusun skala Likert, dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Memilih variabel afektif yang
akan diukur.
2.
Membuat beberapa pernyataan
tentang variabel afektif yang akan diukur.
3.
Mengklasifikasikan pernyataan
positif dan negatif.
4.
Menentukan jumlah gradual dan
frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan.
5.
Menyusun pernyataan dan pilihan
jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
6.
Melakukan uji coba.
7.
Membuang butir-butir
pernyuataan yang kurang baik.
8.
Melaksanakan penilain.
Contoh skala sikap:
Sikap peserta didik
terhadap mata pelajatran Matematika.
Petunjuk:
1.
Pengisian skala ini tidak ada
hubungannya dengan prestasi belajar.
Anda tidak perlu mencantumkan nama dan
nomor absen.
2.
Pilihlah salah satu alternatif
jawaban yang paling sesuai dengan cara memberikan tanda (V) pada kolom kosong
yang telah disediakan.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S
= Setuju
TT = Tidak Tahu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No |
Pernyataan |
SS |
S |
TT |
TS |
STS |
1. |
Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran Matematika. |
|
|
|
|
|
2. |
Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran Matematika. |
|
|
|
|
|
3. |
Saya suka menggunakan Matematika yang baik dan benar. |
|
|
|
|
|
4. |
Saya senang mengerjakan tugas pelajaran Matematika. |
|
|
|
|
|
5. |
Dst |
|
|
|
|
|
Data hasil
skala pengolahannya hampir sama dengan pengolahan data hasil observasi yang
menggunakan skor atau nilai dalam pengamatannya. Dengan demikian, untuk setiap
siswa yang diukur melalui skala penilaian atau skala sikap bisa ditentukan;
a. Perolehan skor dari seluruh butir
pertanyaan.
b. Skor rata-rata dari setiap
pertanyaan dengan membagi jumlah skor oleh banyaknya pertanyaan.
c. Interpretasi terhadap pertanyaan
mana yang positif atau baik dan pertanyaan atau aspek mana yang negatif atau
kurang baik.
Lebih jauh
lagi data hasil penilaian dan skala sikap sebenarnya menyerupai data hasil tes,
dengan demikian dapat diolah seperti mengolah data hasil tes. Untuk skala
sikap, berilah skor terhadap jawaban siswa dengan ketentuan sbb: untuk
pernyataan positif (mendukung) ialah 5 untuk sangat setuju, dst. Untuk
pernyataan negatif (menolak) ialah 5 untuk sangat setuju, dst.
4. Daftar Cek (Check List)
Daftar
cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.
Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek,
kemudian tinggal memberikan tanda centang
Langkah yang harus dilakukan
untuk menyusun daftar cek adalah:
·
Menentukan aspek yang
akan diteliti
·
Menentukan indikator-indikator
dari aspek yang akan diteliti
·
Membuat petunjuk pengisian
daftar cek
·
Menyiapkan lembar daftar cek
sesuai dengan banyaknya siswa
Contoh berikut
merupakan check list untuk menilai
sikap toleran siswa dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR CEK SIKAP TOLERANSI
Petunjuk:
Lembaran ini
diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial siswa dalam toleransi. Berilah tanda
Nama siswa :
Kelas :
Tanggal Pengamatan :
No |
Aspek yang diamati |
Tampak |
|
Ya |
Tidak |
||
1 |
Mau menerima
pendapat teman |
|
|
2 |
Memaksa
teman untuk menerima pendapatnya |
|
|
3 |
Memberi
solusi terhadap pendapat yang bertentangan |
|
|
4 |
Menghargai
perbedaan pendapat |
|
|
5 |
Dapat
bekerjasama dengan teman yang berbeda statsus sosial, suku, dan agama |
|
|
Aturan
pemberian skor:
·
Skor untuk pernyataan positif:
ya=2, tidak=1
·
Skor untuk pernyataan negatif,
ya=1, tidak=2
·
Jumlah skor ideal = jumlah
pernyataan x 2
Pada
contoh diatas, jumlah pernyataan ada lima, maka skor ideal = 5 x 2 = 10.
Contoh
penskoran daftar cek:
Hasil
pengamatan siswa A:
No |
Aspek yang diamati |
Tampak |
|
Ya |
Tidak |
||
1 |
Mau
menerima pendapat teman |
|
|
2 |
Memaksa
teman untuk menerima pendapatnya |
|
|
3 |
Memberi
solusi terhadap pendapat yang bertentangan |
|
|
4 |
Menghargai
perbedaan pendapat |
|
|
5 |
Tidak
dapat bekerjasama dengan teman yang berbeda statsus sosial, suku, dan agama |
|
|
Pernyataan
negatif: no 2 dan 5
Pernyataan
positif: no 1,3,dan 4
Pernyataan
Nomor |
Skor |
1 |
2 |
2 |
2 |
3 |
1 |
4 |
2 |
5 |
2 |
Jumlah |
9 |
Klasifikasi hasil penilaian:
Tabel 1. Klasifikasi Hasil Penilaian
(,)
Skor Akhir |
Klasifikasi |
|
Sangat Baik |
|
Baik |
|
Cukup |
|
Kurang |
Skor
akhir =
Berdasarkan
klasifikasi tabel diatas, 3,6 termasuk pada klasifikasi sangat baik. Maka dapat
dikatakan Siswa A memiliki sikap sangat baik.
5. Skala Penilaian(Rating Scale)
Pengertian rating scale adalah instrumen pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain. Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam rating scalefenomena-fenomena yang akan dinilai disusun dalam tingkatan yang telah ditentukan. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena hanya dicatat “ya” atau “tidak”. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku manusia yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala penilaian.
Kelebihan menggunakan skala penilaian adalah sebagai berikut.
·
Skala
penilaian umumnya dapat diguankan untuk menilai sebuah karakteristik sosial
anak
·
Skala
indikator yang digunakan lebih baik dari hanya sekedar jawaban “ya” atau
“tidak” pada daftar ceklis
·
Skala
penilaian tergolong lebih cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia
penjelasan perilaku siswa, sehingga lebih mudah melakukan penilaian
Kelemahan skala penilaian adalah sebagai
berikut.
·
Skala
penilaian dapat dikatakan subjektif, karena banyak kesalahan dalam melihat
rata-rata dan kesamaan dalam setiap permasalahan
·
Dalam skala
penilaian tidak terdapat perbedaan indikator penjelas
Langkah pengembangan skala penilaian
·
Identifikasi hasil pembelajaran dari tugas yang
diharapkan untuk dinilai
·
Tentukan karakteristik hasil pembelajaran yang
sesuai untuk dinilai dalam skala
·
Sediakan antara tiga
atau tujuh posisi penilaian dlam skala.
Berikut
adalah contoh format skala penilaian
PEDOMAN
OBSERVASI SIKAP
Petunjuk:
Lembaran ini
diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual siswa. Berilah tanda
4=selalu
3=sering
2=kadang-kadang
1= tidak
pernah
Nama Siswa :
Kelas :
Tanggal
Pengamatan :
Materi Pokok :
No |
Aspek Pengamatan |
Skor |
||||
SB |
B |
C |
K |
SK |
||
1 |
Sopan santun |
|
|
|
|
|
2 |
Tolong
menolong |
|
|
|
|
|
3 |
Bersikap
ramah |
|
|
|
|
|
4 |
Pemberani |
|
|
|
|
|
5 |
Pemarah |
|
|
|
|
|
6 |
Egois |
|
|
|
|
|
Hasil
pengamatan siswa A:
No |
Aspek Pengamatan |
Skor |
||||
SB |
B |
C |
K |
SK |
||
1 |
Sopan
santun |
|
|
|
|
|
2 |
Tolong
menolong |
|
|
|
|
|
3 |
Bersikap
ramah |
|
|
|
|
|
4 |
Pemberani
|
|
|
|
|
|
5 |
Pemarah
|
|
|
|
|
|
6 |
Egois
|
|
|
|
|
|
Sikap
negatif: no 5 dan 6
Sikap
positif: no 1,2,3,4
Pernyataan
Nomor |
Skor |
1 |
2 |
2 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
6 |
2 |
Jumlah |
18 |
Skor
akhir =
Berdasarkan
tabel 1, diperoleh bahwa sikap siswa A termasuk dalam klasifikasi cukup.
6. Angket
Angket atau kuesioner
merupakan salah satu bentuk instrumen penilaian yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa untuk
diberikan respon sesuai dengan keadaan siswa. Instrumen angket digunakan
khususnya pada penilaian diri (self
assesement) dan penilaian teman sejawat (peer assesement) untuk menilai sikap siswa. Selain itu, angket
dapat digunakan sebagai instrumen untuk menilai minat dan motivasi belajar
siswa. Keuntungan angket antara lain (1) responden dapat menjawab dengan bebas
tanpa dipengaruhi oleh peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga
objektivitas dapat terjamin, (2) informasi atau data terkumpul lebih mudah
karena itemnya homogen, (3) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dengan dari
jumlah responden yang besar. Kelemahannya adalah (1) ada kemungkinan angket
diisi oleh orang lain, (2) hanya diperuntukkan bagi yang dapat melihat saja,
(3) responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada.
Untuk menyusun angket
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
·
Menyusun kisi-kisi angket
·
Menyusun pertanyaan-pertanyaan
dan bentuk jawaban yang diinginkan, berstruktur atau tidak berstruktur
·
Membuat pedoman atau petunjuk
cara menjawab pertanyaan, sehingga memudahkan peserta didik menjawab
·
Melakukan uji coba angket
·
Jika terdapat kelemahan dalam
angket yang diujicobakan maka angket harus direvisi
·
Menggandakan angket sesuai
dengan jumlah peserta didik
Berikut
adalah contoh format kisi-kisi angket.
KISI KISI ANGKET KEBIASAAN BELAJAR
Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/ Semester :
No |
Indikator |
Kriteria |
Jumlah |
|
Pernyataan
Positif |
Pernyataan
Negatif |
|||
1 |
Mempersiapkan diri dalam
mengikuti pelajaran |
1,2,3,5 |
4 |
5 |
2 |
Memantapkan materi pelajaran |
7,9, 10 |
6,8 ,11 |
6 |
3 |
Menghadapi tes |
12,13 |
14,15 |
4 |
Berikut
adalah contoh fomat angket.
ANGKET KEBIASAAN BELAJAR
MATEMATIKA
NAMA :
SEKOLAH :
KELAS/SEMESTER :
1. Pada angket ini terdapat 15 pernyataan.
Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan kondisi proses pembelajaran sehari – hari yang kamu alami..
2. Berilah jawaban yang benar-benar
cocok dengan pilihanmu dengan tanda check list(√ ) pada kolom yang tersedia.
Pilihan jawaban adalah:
Sangat Setuju : ( SS )
Setuju :( S )
Tidak Setuju :( TS )
Sangat Tidak Setuju : (STS)
NO |
PERYATAAN |
ALTERNATIF
JAWABAN |
|||
SS |
S |
TS |
STS |
||
1. |
Waktu
belajar saya lebih banyak saya gunakan untuk belajar matematika dari pada
mata pelajaran lainnya. |
||||
2. |
Saya
akan lebih mudah paham belajar matematika jika dikaitkan dalam kehidupan
sehari-hari. |
||||
3. |
Jika
ada pelajaran matematika yang kurang saya pahami, saya akan keperpustakaan
untuk mencari buku-buku yang sesuai dengan pelajaran tersebut untuk saya
pelajari lagi. |
||||
4. |
Saya
tidak perlu mengulang kembali pelajaran matematika yang telah saya pelajari
karena saya sudah memahaminya |
||||
5. |
Biasanya
sebelum kami mempelajari suatu materi pembelajaran matematika, saya sudah
lebih dahulu membacanya, jadi ketika guru menjelaskan pelajaran tersebut saya
lebih mudah memahaminya |
||||
6. |
Saya
jarang mencatat saat pelajaran
matematika |
||||
7. |
Saya
sering
mengerjakan latihan soal matematika. |
||||
8. |
Saya hanya mengafal rumus-rumus
matematika saja ketika saya belajar. |
||||
9. |
Saya
tidak pernah lupa menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh guru. |
||||
10. |
Saya
mengerjakan sendiri tugas matematika yang diberikan oleh guru tanpa melihat
pekerjaan teman saya. |
||||
11. |
Jika
saya tidak bisa menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh guru, maka
saya akan melihat pekerjaan teman saya |
||||
12. |
Saya
belajar dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan ulangan harian |
||||
13. |
Sebelum
ulangan, saya mendiskusikan materi yang belum dipahami dengan teman |
|
|
|
|
14. |
Saya
tidak pernah belajar untuk ulangan |
|
|
|
|
15. |
Saya
mencontek jawaban teman saat ulangan |
|
|
|
|
Aturan
pemberian skor:
·
Skor untuk sikap positif ,
SS=4, S=3, TS=2, STS=1
·
Skor untuk sikap negatif, SS=1,
S=2, TS=3, STS=4
·
Jumlah skor tertinggi=jumlah
pernyataan x jumlah pilihan
Jumlah
skor tertinggi untuk angket diatas adalah = 15 x 4 = 60
Hasil
pengamatan siswa A:
NO |
PERYATAAN |
ALTERNATIF
JAWABAN |
|||
SS |
S |
TS |
STS |
||
1. |
Waktu
belajar saya lebih banyak saya gunakan untuk belajar matematika dari pada
mata pelajaran lainnya. |
√ |
|||
2. |
Saya
akan lebih mudah paham belajar matematika jika dikaitkan dalam kehidupan
sehari-hari. |
√ |
|||
3. |
Jika
ada pelajaran matematika yang kurang saya pahami, saya akan keperpustakaan
untuk mencari buku-buku yang sesuai dengan pelajaran tersebut untuk saya
pelajari lagi. |
√ |
|||
4. |
Saya
tidak perlu mengulang kembali pelajaran matematika yang telah saya pelajari
karena saya sudah memahaminya |
√ |
|||
5. |
Biasanya
sebelum kami mempelajari suatu materi pembelajaran matematika, saya sudah
lebih dahulu membacanya, jadi ketika guru menjelaskan pelajaran tersebut saya
lebih mudah memahaminya |
√ |
|||
6. |
Saya
jarang mencatat saat pelajaran
matematika |
√ |
|||
7. |
Saya
sering
mengerjakan latihan soal matematika. |
√ |
|||
8. |
Saya hanya mengafal rumus-rumus
matematika saja ketika saya belajar. |
√ |
|||
9. |
Saya
tidak pernah lupa menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh guru. |
√ |
|||
10. |
Saya
mengerjakan sendiri tugas matematika yang diberikan oleh guru tanpa melihat
pekerjaan teman saya. |
√ |
|||
11. |
Jika
saya tidak bisa menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh guru, maka
saya akan melihat pekerjaan teman saya |
√ |
|||
12. |
Saya
belajar dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan ulangan harian |
√ |
|||
13. |
Sebelum
ulangan, saya mendiskusikan materi yang belum dipahami dengan teman |
√ |
|||
14. |
Saya
tidak pernah belajar untuk ulangan |
√ |
|||
15. |
Saya
mencontek jawaban teman saat ulangan |
√ |
Pernyataan
Positif: no 1,2,3,5, 7, 9, 10, 12 dan 13
Pernyataan
Negatif: no 4, 6, 8,, 11, 14 dan 15
Pernyataan
Nomor |
Negatif/Positif |
Skor |
1 |
+ |
4 |
2 |
+ |
3 |
3 |
+ |
4 |
4 |
- |
3 |
5 |
+ |
3 |
6 |
- |
4 |
7 |
+ |
4 |
8 |
- |
3 |
9 |
+ |
4 |
10 |
+ |
4 |
11 |
- |
3 |
12 |
+ |
4 |
13 |
+ |
3 |
14 |
- |
4 |
15 |
- |
3 |
Jumlah |
|
53 |
Skor
akhir =
Berdasarkan
tabel 1, diperoleh bahwa sikap siswa A termasuk dalam klasifikasi sangat baik.
7. Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah
studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah
yang memiliki kasus tertentu. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat
lamban, sangatrajin, sangat nakal atau kesulitan dalam belajar.. Dalam
melakukan studi kasus guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari
berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data.
Salah satu alat yang digunakan adalah Depth-interview yaitu melakukan wawancara
secara mendalam. Jenis data yang diperlukan antara lain latar belakang
kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan
kesehatan dan sebagainya.
Beberapa petunjuk untuk melaksanakan
studi kasus dalam bidang pendidikan, khususnya disekolah :
1.
Menemukenali siswa sebagai
kasus, artinya menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah
khusus untuk dijadikan kasus.
2.
Menetapkan jenis masalah yang
dihadapi siswa dan perlu mendapatkan bantuan pemecahan oleh guru. Dalam hal ini
guru sebaiknya mewawancarai siswa untuk menentukan jenis masalah yang dihadapi
siswa tersebut.
3.
Mencari bukti-bukti lain untuk
lebih meyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi siswa tersebut melaluianalisis
hasil belajar yang dicapai, mengamati perilakunya, bertanya kepada teman
sekelasnya, kalau perlu meminta penjelasan dari orang tuanya.
4.
Mencari sebab-sebab timbulnya
masalah dai berbagai aspek yang berkenaan dengan kehidupan siswa itu sendiri.
5.
Menganalisis sebab-sebab
tersebut dan menghubungkannya dengan tingkah laku siswa agar diperoleh
informasi yang lebih lengkap mengenai latar belakang siswa.
6.
Dengan informasi yang telah
lengkap tentang faktor penyebab tersebut, guru dapat menentukan sejumlah
alternatif pemecahannya. Setiap informasidikaji lebih lanjut untuk menetapkan
alternatif mana yang paling baik untuk dapat mengatasi masalah siswa.
7.
Alternatif yang telah teruji
sebagai upaya pemecahan masalah dibicarakan dengan siswa yang secara bertahap
diterapkan, baik oleh siswa itu sendiri maupun oleh guru.
8.
Terus mengadakan pengamatan dan
pemantauan terhadap tingkah laku siswa tersebut untuk melihat
perubahan-perubahannya. Jika belum menunjukan perubahan, perlakuan guru harus
lebih ditingkatkan lagi dengan menggunakan alternatif lain yang telah
ditemukenali sebelumnya.
Penanganan kasus tersebut hendaknya dilakukan oleh guru bekerjasama
dengan orang tuanya, dalam hal ini peranan wali kelas, guru pembimbing, guru
bidang studi sangat diperlukan.
Studi kasus memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah
dapat mempelajari seseorang secara lebih mendalam dan komprehensif, sehingga
karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya, sedangkan kekurangannya
adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku
untuk peserta didik itu saja..
Contoh studi kasus
Bentuk
: wawancara mendalam
Responden
: siswa yang memiliki prestasi kurang
Nama
siswa :
......................................
Kelas/semester
: ......................................
Jenis
kelamin : ......................................
No |
Pertanyaan |
Uraian / Jawaban |
Kesimpulan |
1. |
Apakah
kamu (siswa) memiliki permasalahan yang mengganggu atau menghambat belajar? |
|
|
2. |
Apakah
siswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya ? |
||
3. |
Apakah
orang tua siswa di rumah membimbing untuk belajar ? |
||
4. |
Apakah
siswa diluar jam ataupun dirumah berusaha belajar dengan teman yang lain? |
||
5. |
Apakah
siswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang
sedang dibahas ? |
||
6 |
Pada
saat mengalami kesulitan apakah siswa berusaha bertanya kepada teman lain
atau kepada guru ? |
|
|
8. Catatan Insidental (anecdotal Records)
Catatan insidental adalah
catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami
peserta didik secara perseorangan.Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka
penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan tingkah laku
peserta didik.
Contoh Catatan
insidental:
Tanggal 22 januari 2018, nani bertengkar
dengan intan, karena nani mengejek intan dan berkata : “ intan anak seorang tunatetra”.
Catatan insidental semacam ini mungkin
belum berarti apa-apa bagi keperluan penilaian nani, tetapi setelah dihubungkan
dengan data-data yang lain sering kali memberikan petunjuk yang berguna.
Catatan ini dapat dibuat dibuku khusus atau pada kartu-kartu kecil, sehingga
memudahkan dalam penafsiran.
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun : .Senin, 22 januari 2018 Nama Peserta didik : Nani Nama SMP/ Kelas : SMP N 1 Pekalongan,
VIII Nama Observer : Citra Tempat Observasi : Didalam kelas Catatan Peristiwa : nani bertengkar dengan intan,
karena nani mengejek intan dan berkata
: “ intan anak seorang tunatetra Kesimpulan
Sementara : Nani membuat
temennya tidak senang dan nyaman |
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam pelaksanaan catatan insidental, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Tetapkan terlebih dahulu
peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan. Dalam hal apakah
penyelidikan ituharus dilakukan.
2.
Setiap kegiatan pencatatan
suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan sementara. Kesimpulan final baru ditentukan
setelah membandingkan beberapa kesimpulan sementara dari beberapa kegiatan
pencatatan.
3.
Fokus perhatian guru adalah
tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu diselidiki.
9. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu prosedur
untuk merangkum, menyusun dan sampai batas tertentu dapat mengkuantifikasi
pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta
hubungan diantara mereka. Dengan menggunakan teknik sosiometri dapat diketahui posisi seorang siswa dalam
hubungan sosialnya dengan siswa lain. Misalnya diketahui siswa yang terisolasi
dariteman-temannya, siswa yang paling disenangi teman-temannya, siswa yang
akrab dengan beberapa siswa. Posisi siswa tersebut sangat diperlukan dalam
menentukan pengelompkan siswa, organisasi kelas, pemberian tugas belajar secara
kelompok, perlakuan guru terhadap siswa, memotivasi belajar siswa dan
lain-lain.
Beberapa
langkah dalam menggunakan sosiometri, yaitu :
Ø Merumuskan tujuan, yaitu untuk mengetahui kemampuan sosial peserta
didik.
Ø Memberikan “petunjuk” atau pertanyaan-pertanyaan kepada peserta
didik, diusahakan dalam menjawab peserta didik tidak saling kompromi.
Ø Mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari peserta didik.
Ø Jawaban-jawaban tersebut dimasukkan kedalam tabel.
Ø Pilihan-pilihan yang tertera dalam tabel digambarkan pada sebuah
sosiogram
Ø Menganalisis hasil sosiometri yaitu: menghitung indeks pemilihan
(i.p) dan membuat laporan hasil analisis sosiometri.
Berikut ini adalah sebuah contoh sosiogram.
Nama-nama siswa diberi simbol huruf, kepada 20 orang siswa dalam satu kelas
diminta untuk memilih tiga orang temannya yang paling disenangi atau paling
akrab hubungannya secara berurutan. Caranya ialah dengan menuliskan tiga orang
teman pada kertas kecil, lalu digulung dan diserahkan kepada guru . contohnya
sebagai berikut :
1.
Mashuri 2.
Suhar nana |
-
Nana adalah pemilih, ditulis
pada bagian bawah.
-
Mashuri adalah pilihan pertama.
-
Suhar adalah pilihan kedua
Setelah dianalisis, alur hubungan
dari 10 orang siswa tampak dalam diagram dibawah. Diagram dibawah merupakan
sosiogram. Apa yang dapat kita baca dari sosiogram tersebut?
A |
I |
J |
H |
G |
F |
E |
D |
C |
B |
Pertama, kita dapat melihat bagaimana hubungan antar siswa dikelas tersebut secara keseluruhan, sehingga dapat diketahui kadar hubungan sosial diantara mereka. Kedua dpat diketahui kedudukan setiap siswa dalam hubungan sosialnya sehingga dapat ditentukann siapa yang paling disenangi dan siapa yan kurang disennangi dengan melihat anakpanah yang ditunjukan kepada yang bersangkutan. Makin banyak anak panah yang etrtuju kepadanya, berarti makin banyak banyak orang yang seneng kepada dirinya.Ada beberapa kategori siswa yang dapat diperoleh dari sosiogram, yakni :
Ø Siswi yang termasuk populer adalah siswi yang banyak dipilih oleh
teman-temannya. Dalam contoh diatas adalah siswa C yang dipilih oleh 6 orang,
berikutnya adalah siswi F dan G yang dipilih oleh 3 orang.
Ø Siswi yang terisolasi adalah siswi yang tidak dipilih oleh siapapun.
Dalam contoh adalah siswi B.
Cara kedua adalah memberi skor kepada pilihan siswa. Misalnya jika siswa diminta memilih dua orang temanyang paling
dekat secara berurutan, siswapilihan pertama diberi skor 3 dan siswi pilihan
kedua diberi skor 1,
|
A |
B |
C |
D |
E |
F |
G |
H |
I |
J |
Y |
||||||||||
A |
3 |
|
3 |
|
|
|
|
|
1 |
|
B |
|
|
3 |
|
1 |
|
|
|
|
|
C |
|
|
3 |
3 |
|
|
|
1 |
|
|
D |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
|
E |
|
|
|
|
|
|
3 |
|
|
|
F |
|
|
|
1 |
|
|
|
|
3 |
|
G |
|
|
3 |
|
|
1 |
|
|
|
|
H |
|
|
3 |
|
|
|
1 |
|
|
|
I |
|
|
|
|
|
3 |
|
|
|
1 |
J |
|
|
|
|
|
|
1 |
|
|
|
Jumlah |
3 |
0 |
16 |
4 |
1 |
4 |
5 |
1 |
4 |
1 |
Keterangan :
X = dipilih
Y = memilih
Dari perolehan skor
semua siswa dapat diketahui sebagai berikut :
·
Siswa C paling disenangi
teman-temannya sebab memperoleh skor paling banyak, yakni 16.
·
Siswa G menduduki urutan kedua
karena mendapatkan skor 5.
·
Siswa D, F, I sama-sama
mendapat skor 4.
·
Siswa E, H, J hanya mendapat
skor 1.
·
Siswa B terisolasi karena tidak
memperoleh skor, artinya tidak seorangpun memilihnya.
Dari skor-skor
diatas dapat ditafsirkan tiga kategori siswa dalam hubungan sosialnya. Pertama
siswa yang paling populer yakni C, kedua siswa yang terisolasi yakni B, dan
siswa lainnya sebagai siswa yang biasa-biasa saja.
Jumlah seluruh
skor dari 10 siswa adalah 39. Dengan demikian, rata-rata skor untuk setiap
siswa adalah
Teknik
sosiometri dan studi kasus sebaiknya (terutama) dilakukan oleh guru wali kelas,
atau oleh guru pembimbing dalam usahanya sesuai dengan tugas-tugas yang
dipercayakan kepadanya. Analisisi dari sosiometri dan studi kasus dapat
diinformasikan kepada guru mata pelajaran atau bidang studi agar dimanfaatkan
sebagai bahan dalam proses belajar mengajar studinya.
Contoh
instrumen
A. |
Topik |
: |
Angket Sosiometri |
||||
B. |
Bidang
Bimbingan |
: |
Sosial |
||||
C. |
Jenis
Layanan |
: |
Aplikasi Instrumentasi |
||||
D. |
Fungsi
Layanan |
: |
Pemahaman, Pencegahan dan Pengentasan |
||||
E. |
Tujuan
Layanan |
: |
Untuk mengetahui hubungan sosial dalam kelas dan
pembuatan kelompok belajar |
||||
F. |
Sasaran
Layanan |
: |
Kelas VIII |
||||
G. |
Uraian
Kegiatan |
: |
|||||
- Kegiatan
Guru |
|||||||
1.
Menyiapkan lembar angket sosiometri.
2.
Menjelaskan tujuan angket sosiometri
3.
Menjelaskan cara pengisian sosiometri |
|||||||
- Kegiatan
Murid |
|||||||
1.
Mengisi identitas siswa ada lembar sosiometri 2.
Mengisi lembar jawab sosiometri |
|||||||
H. |
Materi Instrumen |
||||||
1. Nama Instrumen 2. Jenis Instrumen 3. Isi Instrumen |
: : : |
Angket Sosiometri Non Tes Dipilih dan ditolak teman belajar |
|||||
I. |
Tempat
Penyelenggaraan |
: |
Ruang kelas VIII |
||||
J. |
Waktu Hari,
Tanggal, Semester |
: : |
1 x 45 menit, Rabu, 18 April 2018, Smtr Genap |
||||
K. |
Biaya /
Dana |
: |
Foto copy 170 lembar = Rp 34.000,- |
||||
L. |
Sumber
dana |
: |
Komite Sekolah |
||||
M. |
Penyelenggara Layanan |
: |
Dian Nafisa, S.Pd. |
||||
N. |
Pihak yang Disertakan / Terkait |
: |
Wali Kelas |
||||
O. |
Alat dan
Perlengkapan |
: |
Angket sosiometri |
||||
P. |
Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut |
||||||
1. Proses |
: |
Melihat perilaku siswa saat
mengisi angket |
|||||
2. Isi |
|||||||
a.
Laiseg
b.
Laijapeng |
: : |
-
Identifikasi anak yang paling banyak diterima dan ditolak sebagai
teman belajar. - Pembuatan
kelompok belajar. Melihat perkembangan kelompok belajar. |
|||||
Q. |
Keterkaitan Layanan ini dg Layanan
Pendukung Lain : |
||||||
Pemberian layanan konseling
perorangan bagi siswa yang
terisolir. |
|||||||
R. |
Catatan
Khusus : |
||||||
Layanan pendukung dengan instrumen angket sosiometri
diharapkan dapat mengungkap anak yang terisolir dalam kelasnya untuk
diberikan bantuan sehingga dapat diterima kembali di lingkungan teman
belajarnya. |
|||||||
Mengetahui Semarang, April 2018
Kepala Sekolah, Guru Pembimbing,
(.................................) (..............................................)
CONTOH ANGKET SOSIOMETRI
Nama
:…………………………………………….. |
Jenis kelamin :…………………………………………….. |
Umur
:…………………………………………….. |
Alamat
:…………………………………………….. |
Isilah
titik-titik di bawah ini dengan sejujurnya:
- Pilihlah 2
(dua) orang teman Anda dalam kelas ini yang Anda senangi untuk diajak
belajar bersama:
- ……………….…………………..,
alasannya ……..………………………..
- ………………….………………..,
alasannya ……..………………………..
- Pilihlah
seorang teman Anda yang paling Anda senangi untuk menjadi ketua kelompok
belajar :…………………..……, alasannya…………………………..
- Pilihlah
teman Anda yang paling Anda senangi untuk menjadi ketua kelas:
…………………………….., alasannya……………………………..
- Pilihlah
2 (dua) orang teman Anda dalam kelas ini yang Anda senangi
untuk diajak bermain-main bersama (misalnya: kesenian, olahraga, dan
lain-lain):
- ………………………..…………..,
alasannya ……..………………………..
- ………………………..…………..,
alasannya ……..………………………..
- Pilihlah
2 (dua) orang teman Anda dalam kelas ini yang kurang Anda senangi:
- ………………………..…………..,
alasannya ……..………………………..
- ………………………..…………..,
alasannya ……..………………………..
- Pilihlah
seorang teman Anda dalam kelas ini yang paling tidak Anda
senangi: ……….…………………….., alasannya….…………………….……………..
10.
J. Inventori Kepribadian
Inventor kepribadian hampir serupa
dengan tes kepribadian. Bedanya pada inventori jawaban peserta didik tidak
memakai kriteria benar-salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama
dia menyatakan yang sesungguhnya. Walau demikian dipergunakan skala-skala
tertentu untuk kualifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya.
Aspek-aspek kepribadian yang biasanya dapat diketahui melalui inventori ini,
seperti sikap, minat, sifat-sifat kepemimpinan, dan dominasi.
Contoh tes inventori Kepribadian
yang telah terstandarisasi antara lain :
1. MMPI (Minnesota
Multiphasic Personality Inventories)
2. CPI (California
Psychological Inventory)
3. PIC
(Personality Inventory for Children)
4. 16 PF (Sixteen
Personality Factor Questionnaire)
5. MCMI (Millon
Clinical Multiaxial Inventory)
6. EPPS (Edward
Personal Preference Schedule)
7. PRF (Personality
Research Form) (Costa dan McCrae, 1988)
8. Jackson’s
Basic Personality Inventory
9. TAT
(Thematic Apperception Test)
Dalam hal ini guru dapat membuat inventori Kepribadian secara mandiri dalam bentuk angket ataupun wawancara ataupun bekerjasama
dengan guru BK.
11.
Teknik Pemberian Penghargaan Kepada
Peserta Didik
Teknik pemberian penghargaan ini
dianggap penting karena banyak respons dan tindakan positif dari peserta didik
yang timbul sebagai akibat tindakan belajar, tetapi kurang mendapat perhatian
dan tanggapan yang serius dari guru. Seharusnya, guru memberikan penghargaan
kepada setiap tindakan positif dari peserta didik dalam berbagai bentuk, baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar.
Dalam melakukan penilaian,
kebanyakan guru-guru di sekolah hanya memberikan nilai pada akhir pembelajaran.
Guru masih belum terbiasa memberikan penghargaan terhadap tingkah laku peserta
didik yang baik. Sebaliknya, guru sering Memberikan komentar negatif atau
perlakuan yang kasar terhadap tingkah laku peserta didik yang salah. Hal ini
akan berdampak negatif bagi perkembangan kepribadian peserta didik itu sendiri.
Ibnu Khaldun berkata, “ barangsiapa mendidik dengan kekerasan dan paksaan, maka
peserta didik akan melakukan suatu perbuatan dengan terpaksa pula, menimbulkan
ketidakgairah and jiwa, lenyapnya aktivitas, menyebabkan peserta didik malas,
suka berdusta, dan berkata buruk ( tidak sopan )”. Peserta didik akan
menampilkan perbuatan yang berlainan dengan kata hatinya karena takut akan
kekerasan (hukuman).
Kegiatan evaluasi bukan hanya
dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga dimensi proses. Artinya, guru harus
memberikan penilaian juga terhadap proses pembelajaran. Salah satu bentuk
Penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward) kepada peserta didik,
sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang kondusif yang pada gilirannya
dapat meningkatkan mutu prestasi belajar secara menyeluruh, baik yang bersifat
akademik maupun nonakademik. Ibnu Jama’ah mengemukakan, “ imbalan atau penghargaan
lebih berpengaruh terhadap pendidikan anak daripada pemberian sanksi atau
hukuman”. Sanjungan atau pujian guru dapat mendorong peserta didik untuk meraih
keberhasilan dan prestasi yang lebih baik, serta memotivasinya untuk
berkompetisi secara sehat di antara sesama peserta didik.
Depdiknas (2003) mengemukakan, “
penghargaan, ganjaran, hadiah, imbalan (reward) merupakan rangsangan (stimulus)
yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka memperkuat suatu respons
(tingkah laku) tertentu yang dipandang baik, cepat atau sesuai dengan norma
(kriteria) yang diharapkan”. Menurut teori behavioristik, pemberian penghargaan
dapat memberikan dampak yang positif bagi peserta didik dalam belajarnya, yaitu
(1) menimbulkan Respon yang positif, (2) menciptakan kebiasaan yang relatif
kokoh dalam dirinya, (3) menimbulkan perasaan senang dalam melakukan suatu
pekerjaan, (4) menimbulkan antusiasme, semangat untuk terus belajar, dan (5)
semakin percaya diri.
Pemberian penghargaan kepada
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan
perhatian, motivasi, semangat, dan kemudahan belajar, serta memodifikasi
tingkah laku peserta didik yang kurang positif menjadi tingkah laku yang
produktif Sehingga peserta didik menjadi aktif dan produktif dalam belajarnya.
Implikasinya adalah guru harus dapat meningkatkan perannya dalam mengelola
kegiatan pembelajaran, antara lain (1) menciptakan lingkungan belajar yang
merangsang peserta didik untuk belajar, (2) memberikan penguatan
(reinforcement) dalam bentuk penghargaan terhadap tingkah laku peserta didik
yang positif, dan (3) mengembangkan rasa ingin tahu (curiosity) dan kegemaran
peserta didik belajar.
Hasil penelitian Hurlock dalam
Yelon dan Weinstein (1977) mengemukakan, “ peserta didik di sekolah dasar
menunjukkan penampilan yang sangat baik, ketika mereka diberi pujian-pujian.
Sebaliknya, Apabila mereka dicaci-maki karena pekerjaannya kurang memadai,
anak-anak itu cenderung menjadi bodoh atau tidak bersemangat lagi belajarnya”.
Sementara itu, Utami Munandar (1999) menjelaskan, “ Pemberian hadiah untuk
pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik tidak harus berupa materi (intangible),
yang terbaik justru berupa senyuman atau anggukan, kata penghargaan, kesempatan
untuk menampilkan dan mempresentasikan pekerjaannya sendiri, dan pekerjaan
tambahan”.
Selanjutnya, Imam Al Ghazali
berpendapat Apabila anak memperlihatkan suatu kemajuan, akhlak terpuji atau
perbuatan yang baik, seyogyanya guru memuji hasil upaya peserta didiknya,
berterima kasih kepadanya dan mendukungnya di hadapan teman-temannya guna
menaikkan harga dirinya (self-esteem) serta menjadikan sebagai model atau
teladan yang harus diikuti. Penghargaan yang diberikan kepada peserta didik
hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya. Misalnya, mendeklamasikan sajak yang
dibuat atau membacakan di depan kelas karangan yang dibuat dengan baik,
sehingga dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan kreativitas. Implikasinya
dari beberapa hasil penelitian dan pendapat di atas adalah guru harus
menciptakan lingkungan kelas yang kondusif untuk memotivasi peserta didik
melakukan kegiatan belajar yang lebih baik lagi. Tugas-tugas belajar yang
diberikan kepada peserta didik sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga para
peserta didik merasa senang untuk melakukannya.
Jika pemberian penghargaan tersebut
ingin efektif, guru hendaknya menunjukkan sikap yang ramah, suara yang lembut,
bahasa yang santun, kegembiraan atau kepuasan terhadap prestasi belajar peserta
didik. Disamping itu, penghargaan yang diberikan akan bermakna bila sesuai dengan
hasil karya peserta didik. Dengan kata lain, jika guru memberikan pujian
terhadap peserta didik karena hasil kerjanya baik, maka pujian itu dapat
membangkitkan semangat atau motivasi belajar peserta didik. Sebaliknya, jika
pujian itu diberikan kepada peserta didik yang hasilnya kurang baik, maka
pujian tersebut dianggap tidak sungguh-sungguh, bahkan secara tidak langsung
pujian itu berarti pelecehan.
Dalam
pemberian penghargaan, ada dua teknik yang dapat digunakan guru, yaitu”verbal
dan nonverbal” (Depdiknas, 2003).
1. Teknik
verbal, yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian, dukungan, dorongan,
atau pengakuan, seperti kata bagus, benar, betul, tepat, baik, dan sebagainya.
Dapat juga dalam bentuk kalimat, seperti prestasimu baik sekali, Saya senang
dengan hasil pekerjaanmu, penjelasanmu sangat baik, dan sebagainya.
2. Teknik
nonverbal, yaitu pemberian penghargaan melalui:
a. Mimik
dan Gerakan tubuh, seperti senyuman, anggukan, acungan ibu jari, dan tepuk
tangan.
b. Cara
mendekati (proximity), yaitu guru mendekati peserta didik untuk menunjukkan
perhatian atau kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan peserta didik.
c. Sentuhan
(contact), seperti menepuk-nepuk bahu, menjaga tangan, dan mengelus kepala.
Dalam menerapkan penghargaan dengan sentuhan ini perlu diperhatikan beberapa
hal, yaitu usia anak, budaya, dan norma agama.
d. Kegiatan
yang menyenangkan, yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan suatu kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atau prestasi
belajarnya yang baik. Misalnya, guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menjadi pemimpin paduan suara sebagai penghargaan atas prestasinya dalam
bidang musik.
e. Simbol
atau benda, seperti komentar Tertulis secara positif pada buku peserta didik,
piagam penghargaan, dan hadiah (alat-alat tulis, makanan, buku, uang, dan
sebagainya).
f.
Penghargaan tak penuh (partial), yaitu
penghargaan yang diberikan kepada peserta didik yang memberikan jawaban kurang
sempurna atau sebagian yang benar. Dalam hal ini, guru sebaiknya mengatakan “
ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan lagi”.
Untuk
mengetahui apakah guru memberikan penghargaan kepada peserta didik atau tidak
dalam proses pembelajaran, maka perlu dilakukan penilaian oleh peserta didik
dengan menggunakan format penilaian tertentu.
DAFTAR CEK PEMBERIAN PENGHARGAAN
OLEH GURU
KEPADA PESERA DIDIK
Isilah
tanda ceklist (√) pada kolom yang telah
disediakan.
Nama
Guru :...................................................................
Jenis
Kelamin :...................................................................
Mata
Pelajaran :...................................................................
Kelas :...................................................................
No |
Jenis
Pemberian Penghargaan |
Dilakukan |
Tidak
Dilakukan |
Keterangan |
1 |
Kata-kata : a. Bagus |
|
|
|
|
b. Baik |
|
|
|
|
c. Benar |
|
|
|
|
d. Tepat |
|
|
|
|
e. Sempurna |
|
|
|
2 |
Kalimat : a. Prestasi kamu baik sekali |
|
|
|
|
b.
Saya senang dengan hasil kerja kamu |
|
|
|
|
c.
Saya senang kamu masuk kelas tepat waktu |
|
|
|
|
d.
Penampilan kamu baik sekali hari ini |
|
|
|
|
e.
Pendapat kamu sangat baik |
|
|
|
3 |
Gerakan
atau Isyarat a : a.
Mengangkat jempol |
|
|
|
|
b.
Mengangguk |
|
|
|
|
c.
Menampilkan mimik muka yang ramah |
|
|
|
|
d.
Memperhatikan dengan sungguh-sungguh terhadap peserta didik |
|
|
|
BAB
III
PENUTUP
Macam-macam instrumen non tes yang dapat digunakan
guru adalah observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian,a
ngket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian, dan
teknik pemberian penghargaan pada peserta didik. Tiap-tiap instrumen memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Sebagai seorang
pendidik harus mengetahui instrumen apa yang cocok digunakan dalam melakukan
suatu penilaian. Masing-masing instrumen juga memiliki langkah pengembangan
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2016. Buku Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ekawati, Estina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan
Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Yogyakarta: PPPPTK.
Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2014. Buku Penlilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
0 Komentar