Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Komunikasi dalam Supervisi Mata Kuliah Evaluasi dan Supervisi Pendidikan

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

Dengan berlakunya undang – undang Otonomi daerah, dimana akan terjadi desentralisasi pemerintahan, maka setiap daerah dituntut untuk memiliki sumber daya masyarakat yang berkualitas dalam menghadapi persaingan dan mampu menyerap arus informasi yang terus mengalir begitu cepatnya. Undang-Undang Pendidikan No. 20/2003 telah memberikan tanggung jawab lebih besar dan otoritas langsung kepada sekolah khususnya Manajemen Berbasis Sekolah (Schools Based Management).

Schools Based Management (SBM) dalam (Fitri, 2014) yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat, orang tua, para praktisi yang teoritisi pendidikan dapat dibentuk untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan pengelolaan bersama antara sekolah dan masyarakat. Dengan begitu diharapkan sekolah serta masyarakat dapat ikut berkonstribusi dalam peningkatan mutu pendidikan dasar secara signifikan. Meski demikian terdapat keragaman yang besar dalam kemampuan sekolah di setiap daerah untuk melaksanakan otoritas yang telah diberikan tersebut.

Implementasi desentralisasi pendidikan (Fitri, 2014) dengan program manajemen berbasis sekolah memiliki banyak hal penting yang harus di perhatikan. Salah satunya adalah masalah koordinasi, komunikasi serta supervisi. Koordinasi dalam Schools Based Management merupakan hal penting karena desentralisasi memerlukan koordinasi antara satu bagian dengan bagian lainnya agar terwujud suatu kesatuan dan lancarnya program tersebut. Sebuah koordinasi pasti menuntut adanya komunikasi. Komunikasi antara pusat dan daerah maupun penerapan komunikasi di sekolah melalui Schools Based Management akan mampu menciptakan suasana yang hangat dan menghindarkan terjadi kesalahpahaman antarkomponen pelaksana Schools Based Management. Hal terakhir yang tidak dapat dilupakan yaitu supervisi. Supervisi perlu dalam Schools Based Management agar menjaga kualitas proses belajar. Supervisi dilakukan secara berkala dan berkesinambungan agar terjadi perbaikan untuk menyempurnakan pencapaian tujuan proses belajar-mengajar.

 

B.    Rumusan Masalah

Dalam makalah ini masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1.      Apa pengertian komunikasi ?

2.      Apa pengertian supervisi ?

3.      Apa yang dimaksud dengan komunikasi dalam supervisi dan bagaimanakah penerapannya?

4.      Apa tujuan dari komunikasi dalam supervisi?

 

C.     Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah  sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui pengertian komunikasi

2.      Untuk mengetahui pengertian supervisi.

3.      Untuk mengetahui maksud dari komunikasi dalam supervisi dan penerapannya.

4.      Tujuan dari komunikasi dalam supervisi

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

 

A.     Landasan Teori

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) disebutkan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Menurut Pasal 1 Ayat (16) Peraturan Pemerintah (PP) nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

 Kaitannya dengan hal tersebut dikutip dari (Murni, Masluyah., & Aswandi), seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik harus mempunyai etos kerja. Sikap seorang guru bukan saja hanya sekedar sebagai suatu kerja/pekerjaan, tetapi seorang guru harus mempunyai spirit / semangat / pandangan bahwa guru sendiri harus berkembang menjadi manusia yang lebih mulia. Dalam diri guru terbentuk karakter melayani dengan rendah hati menuju kesempurnaan akhlak insani yang lebih mulia. Etos kerja, melalui kerja manusia mengukuhkan eksistensinya, memperbaiki nasibnya dan memuliakan martabatnya. Etos dapat juga dipahami sebagai semangat khusus yang melahirkan kesadaran positif seperti menghargai waktu, pekerjaan, sehingga melahirkan perilaku kerja yang produktif seperti rajin, gemar menabung dan senang belajar. Untuk mencapai etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi. Salah satu sumber daya manusia yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah guru, karena guru yang berhadapan langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam keseluruhan kegiatan pendidikan baik dalam jalur sekolah maupun luar sekolah.

Guru memegang posisi paling strategis. Dalam tingkatan operasional, karena guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Dalam meningkatkan etos kerja guru senantiasa dihadapkan pada peningkatan kualitas pribadi dan sosialnya. Jika hal ini dapat dipenuhi maka keberhasilan lebih cepat diperoleh yaitu kemampuan melahirkan peserta didik yang berbudi luhur, memiliki karakter sosial dan profesional sebagaimana yang menjadi pokok pendidikan. Pada tataran implementasi etos kerja guru dapat terlihat dalam kegiatan guru pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengukur efektivitas etos kerja guru, perlu bekerja sama dengan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah tersebut. Untuk meningkatkan mutu seorang guru yang mempunyai peranan sentral harus disadari betapa pentingnya meningkatkan aktivitas, kreativitas, kualitas dan profesionalisme guru. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemandirian dalam keseluruhan kegiatan pendidikan baik dalam jalur sekolah maupun luar sekolah.

Guru merupakan sumber daya manusia yang mampu mendayagunakan faktor - faktor lainnya sehingga tercipta pembelajaran yang bermutu dan menjadi faktor utama dalam menentukan mutu pendidikan. Menjadikan guru sebagai tenaga profesional, perlu diadakan pembinaan terus menerus, berkesinambungan. Guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Usaha – usaha menjadikan guru sebagai tenaga profesional tidak semata - mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi, namun perlu juga memperhatikan guru dari segi lainnya seperti pemberian bimbingan melalui supervisi sehingga memungkinkan guru untuk meningkatkan etos kerjanya sebagai pendidik. Menghayati guru sebagai pelayanan memerlukan transendensi artinya bersifat melampaui. Seorang guru harus melampaui makna sederhana yaitu mengajar untuk sekedar mencari nafkah, gaji, honor atau uang, guru terutama hrus melakukan transendensi dari wilayah finansial ke arah spiritual. Secara teknis seorang guru harus bisa mengajar melampaui stakeholder. Artinya, guru harus bekerja dengan standart mutu yang melampaui spesifikasi teknis menurut ukuran profesionalisme yang lazim. Seorang guru harus mempunyai nilai lebih dari harapan stakeholder melalui tiga cara:

Pertama berfokus pada siswa yakni bahwa kegiatan belajar mengajar berfokus pada kebutuhan peserta didik yaitu sejauh mana para peserta didik merasa dicerdaskan, diinspirasi, dibimbing dan dimotivasi atau disebut student centered teaching.

Kedua adanya perbaikan proses belajar mengajar secara berkesinambungan. Hasil yang bermutu hanya bisa dihasilkan oleh serangkaian langkah – langkah yang serius dari pihak sekolah, khususnya kepala sekolah sebagai supervisor terhadap para guru yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan supervisi menuntut perbaikan terus menerus menuju kesempurnaan yang sesuai dengan asas – asas didaktik dan pedagogi yang terbaik yang ditujukan pada kebutuhan peserta didik.

Ketiga adalah keterlibatan total dalam sistem peningkatan mutu, dengan demikian gerakan dan upaya peningkatan mutu sekolah menjadi suatu kebutuhan dan budaya yang berkesinambunga, maka salah satu faktor penting untuk mencapai etos kerja, yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan melaksanakan supervisi akademik. Karena berhasil atau tidaknya pendidikan tidak terlepas dari peranan kepala sekolah sebagai supervisor yang berupaya menemukan masalah – masalah pendidikan dan selalu memperbaiki kelemahan – kelemahan yang terjadi pada seorang guru.

B.     Komunikasi dan Supervisi

1.      Pengertian Komunikasi

Menurut Dr. Ratnawati Susanto, M.M., M.Pd, komunikasi adalah suatu proses pembentukan,penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi merupakan suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan.

Menurut Goetsch dan Davis (2002: 2) dalam (Agustine, 2009),  mengungkapkan bahwa, ”Komunikasi yang efektif berarti bahwa pesan itu dapat diterima, dipahami, dan dilaksanakan dengan cara yang diinginkan”. Komunikasi yang seperti ini adalah komunikasi yang dikatakan berhasil. Menurut Usman (2008: 388) dalam (Agustine, 2009) juga menambahkan bahwa, ”Komunikasi yang efektif menuntut rasa saling menghormati, percaya, terbuka, dan tanggung jawab”. Komunikasi yang efektif (Agustine, 2009) merupakan satu urutan komunikasi yang lebih tinggi sebab proses komunikasi yang efektif memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka

Fungsi – fungsi komunikasi menurut Dr. Ratnawati Susanto, M.M., M.Pd :

·        Fungsi kontrol komunikasi dalam pandangan fungsi kontrol adalah sebagai cara untuk mengetahui apakah orang lain tetap sesuai pada jalur yang di tetapkan oleh kita atau tidak, dan juga mengetahui bagaimana keadaan orang lain sehingga kita bisa memutuskan sesuatu yang sesuai dengan keadaan orang tersebut.

·        Informasi Komunikasi merupakan sebuah proses untuk memberikan informasi dari sumber kepada tujuan yang pada akhirnya melahirkan feedback (tanggapan atau umpan balik)

·        Motivasi fungsi komunikasi juga sebagai alat untuk memberikan motivasi kepada orang lain, fungsi motivasi dan kontrol pada komunikasi, menurut saya agak hampir sama tujuannya, yaitu untuk memastikan, apakah orang lain tetap pada jalur yang kita inginkan atau tidak, jika fungsi kontrol menggunakan cara yang lebih force (memaksa dan memberikan konsekuensi - konsekuensi nyata), fungsi motivasi lebih kepada cara-cara yang sifatnya soft, lembut namun biasanya langsung mengarah kepada nuraninya

·        Ekspresi emosi kita bisa menyampaikan apa yang emosi kita rasakan melalui komunikasi, pada level ini, kita biasanya hanya butuh untuk didengar untuk membagi beban emosi kita kepada orang lain, namun tak jarang kita mengharapkan advice dan tanggapan lisan dari orang lain

Ruang Lingkup Komunikasi :

·        Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan sesuatu lewat bahasa atau simbol – simbol tertentu dengan orang lain. dimana manusia sebagai peran utamanya baik langsung bertatap muka ataupun melalui media karna itu yang disebut komunikasi antarmanusia

 

2.      Pengertian Supervisi

Secara morfologis dalam (Fitri, 2014), Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan – terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki

      Secara sematik, supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.

      Secara Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan.

      Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.

Menurut Good Carter (dalam Fitri, 2014)

Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran. God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar,

Menurut Boardman (dalam Fitri, 2014)

Menyebutkan Supervisi adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi modern. Boardman melihat supervisi sebagai kesanggupan berpartisipasi dlm masyarakat modern.

Menurut Wilem Mantja (2007) dalam (Fitri, 2014)

Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan  supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan. Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan

Menurut Kimball Wiles (1967) dalam (Fitri, 2014)

Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut : “Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”. Kimball Wiles beranggapan bahwa faktor manusia yg memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk menciptakan suasana belajar mengajar yg lebih baik.

 

Menurut Sahertian  (Sahertian, dan Mataheru, 2008 )

Supervisi merupakan uasaha mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi, membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah,  baik secara individual maupun kolektif, agar lebih menerti dan lebih efektif dlam mewujudkan seluruh fungsi pengajaransehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu sehingga dapat berpartisipasi lebih cepat dalam masyarakat demokrasi moder

Kegiatan supervisi dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan.

      Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya

      Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan/digariskan

      Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak

      Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis

      Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik

Tujuan utama supervisi dalam (Fitri, 2014) adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil  tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar.

3.      Komunikasi dalam Supervisi

Bahasa dan komunikasi dalam supervisi sangat penting dalam merangsang perilaku fungsional dan transformasional yang kondusif untuk menghasilkan perbaikan yang dapat membawa perubahan positif pada individu dan suatu lembaga (Douglas : 2016). Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, supervisor pembelajaran berkomunikasi dengan guru yang disupervisi. Ahli komunikasi umumnya sependapat bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima pesan, dimana pesan itu disampaikan melalui media atau tanda-tanda dengan menggunakan bahasa tertentu yang saling dimengerti untuk mencapai suatu tujuan. Komunikasi adalah segala penyampaian segala perasaan, sikap, kebijakan dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan dua definisi diatas, maka dalam proses komunikasi terlibat pelbagai unsur seperti, penyampaian informasi (sender atau informator), penerima informasi (receiver), isi informasi (message), media atau tanda-tanda yang digunakan (medium or symbols), dan bahasa yang saling dimengerti (mutual language system). Unsur lain dari komunikasi adalah gangguan (noise), dan respon (response). Dalam konteks komunikasi untuk supervisi klinis, kedudukan supervisor dan yang disupervisi sebagai pengirim dan penerima pesan itu saling berganti. Karena memang dalam supervisi pembelajaran klinis, dialog terbuka menjadi sangat penting.

Unsur-unsur tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Didalam proses komunikasi antara supervisor dengan guru selalu melibatkan penyampai informasi (supervisor), penerima informasi dan sebaliknya, pesan yang diinformasikan (pesan-pesan perbaikan, ajakan dan sebagainya) media atau tanda-tanda yang digunakan, bahasa yang saling dimengerti, kemungkinan gangguan dan pada saatnya respon adalah keharusan. Jika unsur lain ada, akan tetapi penerima tidak memberikan respon, maka proses komunikasi antara supervisor dengan menjadi tidak berarti.

Komunikasi dalam Supervisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi intern dan ekstern.

1.   Komunikasi Intern

Komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan masalah sekolah menjadi tugas bersama. Manajemen dilihat dari para anggotanya, di sekolah tidak banyak personil dewasa yang terdiri atas guru dan pegawai. Namun jika peserta didik juga dipandang sebagai personil sekolah, jumlahnya akan menjadi banyak. Oleh karena itu, terjalinnya komunikasi yang baik antarpersonil sekolah merupakan hal yang urgen. Kurang komunikasi akan mengakibatkan kurang tercapainya hasil yang diinginkan.

Dalam suatu sekolah yang memiliki komunikasi yang buruk akan mengakibatkan hubungan tidak harmonis antara personil sekolah dan cenderung memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Sehingga jika terjadi suatu masalah pada sekolah akan sulit menemukan titik temu antara para personil sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah wajib untuk membina komunikasi intern yang baik agar personil sekolah mau dan mampu meningkatkan kemampuan  kinerja masing-masing. Selain itu komunikasi yang baik dapat menciptakan suasana yang hangat dan menari.

Komunikasi intern akan sangat dirasakan manfaatnya terutama bagi seorang pemula. Yang awalnya memiliki rasa canggung menjalani rutinitas dalam dunia yang baru namun teman-temannya yang sudah berada lebih awal akan mampu membantunya dan membuat kondisi menjadi lebih nyaman.  Komunikasi intern bukan hanya untuk pemula namun juga untuk pegawai yang sudah ada akan senantiasa memerlukan komunikasi yang baik untuk mengetahiu pendapat orang lain mengenai suatu maslah. Bantuan rekan kerja akan sangat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam pekerjaan.

Dalam komunikasi intern terdapat prinsip-prinsip komunikasi sebagai berikut:

a.       Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeuargaan.

b.      Mendorong para guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan maslah, serta dapat harus mendorong aktivitas danrkreatifitas guru

c.       Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik guru-guru untuk mau menerima pendapat orang lain secara objektif.

d.      Mendorong para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang paling baik dan meaati keputusan tersebut.

e.       Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil keputusan secara redaksional.

Prinsip-prinsip diatas akan membuat kepala sekolah menerapkan prinsip demokratis dengan memandang bahwa para guru bukan hanya menjadi pembantunya tetapi sebagai mitra atau partner kerja dalam kelompok. Dalam kepemimpinan seperti ini disebut “bekerja di luar dan di dalam sekaligus”.

Di setiap sekolah mmiliki masalah yang harus segera dicari jalan keluar yang proporsional. Untuk kepentingan tersebut, perlu adanya pertemuan secara berkala dan teratur, contoh seminggu sekali. Waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah sangat bergantung pada pertemuan antarpersonil. Makin jarang pertemuan diadakan, makin lama masalah akan mendapat jalan keluar. Dalam pertemuan tersebut, kepala sekolah akan bertindak sebagai pimpinan dan guru-guru akan mengemukakan pendapat tentang masalah yang dihadapi untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan professional para guru.

Dalam diskusi biasanya akan memunculkan hal baru yang harus diketahui guru. Misalnya kebijakan baru departemen pendidikan yang harus segera diketahui oleh para guru maupun atau guru yang telah kembali dari penataran akan membagikan hal-hal yang didapat selama kegiatan tersebutb yang belum diketahui oleh rekan guru yang lain. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan personilnsekolah dengan menyelenggarakan diskusi dan tany jawab. Jika hal ini dapat dilakukan secara berkesinambungan akan tersa besar manfaatnya untuk pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan dan kinerja personil sekolah.

2.   Komunikasi Ekstern

Komunikasi ekstern merupakan komunikasi yang antara sekolah dengan lingkunan sekitar untuk mendapatken masukan-masukan dari lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah. Komunikasi ekstern meliputi komunikasi sekolah dengan orangtua siswa, dan komunikasi sekolah dengan masyarakat, baik individu maupun melembaga.

Ø  Hubungan Sekolah dengan Orang tua

Terdapat hal-hal yang mendasari hubungan kerjasama antara orang tua dengan sekolah, yaitu: 1. Adanya kesamaan tanggung jawab, dalam UU telah dikemukakan bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. 2. Adanya kesamaan tujuan, untuk menjadikan putra-putrinya menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, yang trampil, kreatif, demokratis, serta berguna bagi bangsa dan Negara.

Dalam kerjasama antara sekolah dengan orang tua bukan hanya untuk saling mendukung melalui bidang-bidang yang telah diuraikan, tetapi juga dalam memecahkan masalah peserta didik bersama-sama. Masalah yang menyangkut peserta didik secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:

o   Masalah yang berhubungan denga keadaan tubuhnya

o   Masalah yang berhubungan dengan keadaan mentalnya

o   Masalah yang berhubungan dengan belajarnya

Untuk itu sekolah dengan orang tua harus bekerjasama untuk menemukan penyelesaian yang tepat. untuk masalah diatas guru dan orang tua harus mengetahui kelemahan yang dimilik peserta ddik yang membuat dirinya belajar tidak optimal.

 

4.      Implementasi Komunikasi dalam Supervisi

Implementasi komunikasi supervisi merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh pimpinan  pendidikan (kepala sekolah) terhadap para guru di Sekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini disebut sebagai suatu tata kerja seorang pemimpin pendidikan untuk memberikan pimpinan dan penilaian kritis terhadap proses belajar mengajar.

Peranan supervisi dalam mencapai tujuan supervisi yang efektif adalah membantu pada guru untuk lebih sadar akan kekurangan dan berusaha mencari jalan keluar untuk memperbaiki kekurangan itu lewat kegiatan-kegiatan KKG /MGMP misalnya :

·        Memotivasi para guru dalam meningkatkan situasi

·        Belajar efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

·        Membangkitkan konsekuensi pada guru akan adanya perubahan di masyarakat

Kedudukan komunikasi dalam supervisi dalam program pendidikan adalah alat menyampaikan pesan yang bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu lembaga pendidikan dengan melalui bimbingan profesional bagi guru agar sadar dalam meningkatkan kinerjanya untuk tercapainya tujuan supervisi itu sendiri.

 

5.      Tujuan Komunikasi dalam Supervisi

Tujuan Komunikasi dalam Supervisi Pendidikan adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personal tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar

Komunikasi yang efektif juga memiliki peran khusus dalam tercapainya tujuan supervisi pendidikan yang dijabarkan sebagai berikut:

 

·        Meningkatkan mutu kinerja guru

·        Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik

·        Meningkatkan efektivitas dan effisiensi sarana dan prasana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik untuk mengoptimalkan keberhasilan siswa

·        Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah

·        Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah, tercipta situasi aman tenang, tentram, kondusif dan akan meningkatkan kualitas keberhasilan.

 

Fungsi Supervisi Pendidikan

·        Mengkoordinasikan semua usaha sekolah : usaha tiap guru, usaha-usaha sekolah, usaha-usaha pertumbuhan jabatan

·        Memperlengkapi kepemimpinan sekolah

·        Melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah

·        Memperluas pengalaman guru

·        Memberikan fasilitas dan penilaian yang kontinyu/terus menerus

·        Menganalisa sistem belajar/situasi belajar

·        Memberi pengarahan dan keterampilan pada setiap bangsa

·        Menintegrasi tujuan dan pembentukan kemampuan. 


 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

A.     Pengertian Komunikasi

Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak definisi itu dapat disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu: Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.

B.     Pengertian Supervisi

Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru. (Neagley, Ross L. dan Evans, N. Dean. 1980:8).

C.     Komunikasi dalam Supervisi

Bahasa dan komunikasi dalam supervisi sangat penting dalam merangsang perilaku fungsional dan transformasional yang kondusif untuk menghasilkan perbaikan yang dapat membawa perubahan positif pada individu dan suatu lembaga (Douglas : 2016). Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, supervisor pembelajaran berkomunikasi dengan guru yang disupervisi. Ahli komunikasi umumnya sependapat bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima pesan, dimana pesan itu disampaikan melalui media atau tanda-tanda dengan menggunakan bahasa tertentu yang saling dimengerti untuk mencapai suatu tujuan. Komunikasi adalah segala penyampaian segala perasaan, sikap, kebijakan dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan dua definisi diatas, maka dalam proses komunikasi terlibat Berbagai unsur seperti, penyampaian informasi (sender atau informator), penerima informasi (receiver), isi informasi (message), media atau tanda-tanda yang digunakan (medium or symbols), dan bahasa yang saling dimengerti (mutual language system). Unsur lain dari komunikasi adalah gangguan (noise), dan respon (response). Dalam konteks komunikasi untuk supervisi klinis, kedudukan supervisor dan yang disupervisi sebagai pengirim dan penerima pesan itu saling berganti. Karena memang dalam supervisi pembelajaran klinis, dialog terbuka menjadi sangat penting.

Unsur-unsur tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Didalam proses komunikasi antara supervisor dengan guru selalu melibatkan penyampai informasi (supervisor), penerima informasi dan sebaliknya, pesan yang diinformasikan (pesan-pesan perbaikan, ajakan dan sebagainya) media atau tanda-tanda yang digunakan, bahasa yang saling dimengerti, kemungkinan gangguan dan pada saatnya respon adalah keharusan. Jika unsur lain ada, akan tetapi penerima tidak memberikan respon, maka proses komunikasi antara supervisor dengan menjadi tidak berarti.

D.    Implementasi Komunikasi dalam Supervisi

Implementasi komunikasi supervisi merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh pimpinan  pendidikan (kepala sekolah) terhadap para guru di Sekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini disebut sebagai suatu tata kerja seorang pemimpin pendidikan untuk memberikan pimpinan dan penilaian kritis terhadap proses belajar mengajar.

E.     Tujuan  Komunikasi dalam Supervisi

Tujuan Komunikasi dalam Supervisi Pendidikan adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personal tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar. Komunikasi yang efektif juga memiliki peran khusus dalam tercapainya tujuan supervisi pendidikan.

 

 


 

BAB IV

PENUTUP

 

A.     KESIMPULAN

Komunikasi harus selalu dilakukan oleh sekolah. Komunikasi tersebut bias bersifat intern, antara personil sekolah dan secara ekstern, antara sekolah dengan orang tua peserta didik dengan masyarakat. Tujuan komunikasi ini dapat menjadi pemecahan masalah yang dihadapi seputar proses belajar mengajar dan persoalan kebutuhan sekolah. Hal ini terjadi karena kerjasama saling support dari berbagai  komponen.

Supervisi yaitu suatu kegiatan yang menekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kinerja tenaga kependidikan di sekolah dalam melaksanakan tugas. Tujuan supervisi adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Supervisor hendaknya dapat memilih teknik- teknik supervisi yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Teknik-teknik tersebut, antara lain kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan individual, diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan perpustakaan professional.

 

B.     SARAN

1.      Agar koordinasi berjalan maksimal, maka perlu ditingkatkan rasa kesatuan dan persatuan di antara kepala sekolah maupun guru-guru dengan tetap menghargai kewajiban dan wewenang masing-masing sehingga dapat menjalankan perannya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan sekolah secara menyeluruh

2.      Agar terjadinya proses kerjasma antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat perlu dijalin komunikasi yang bai sesuai dengan MBS. 

3.      Agar menghasilkan pembelajaran yang efesien dan efektif maka sterategi manajemen berbasis sekolah harus diterapkan oleh supervisor guna meningkatkan keunggulan suatu lembaga sekolah tersebut.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agustine, Putri, Dwi, Nila. 2009. Pengaruh Komunikasi Dan Supervisi Terhadap Kedisiplinian Kerja Karyawan Di PT. Indoantique Sukoharjo Pada Tahun 2008/2009. Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.

Douglas, O. Nwaokugha.  Saliu, A. Danladi. 2016. Language and Communication:  Effective Tools for  Educational Supervision and Inspection in Nigeria. Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol 7 No 3.

Fitri, Nur, Indah. 2014. Koordinasi, Komunikasi dan Supervisi dalam Managemen Berbasis Sekolah. Universitas Pattimura: Ambon.

Murni, Maria, Fransisca, Sri., Suib, Masluyah., & Aswandi. Hubungan Supervisi Akademik Dan Komunikasi Interpersonal Dengan Etos Kerja Guru Pada Sekolah Dasar Negeri. Universitas Tanjungpura Pontianak.

Sahertian. A. Piet dan Mataheru. F. 2008. Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Penerbit Usana Offset Printing Surabaya.

Susanto, Retnawati. Penerapan koordinasi, komunikasi dan supervisi dalam MBS. Universitas Esa Unggul.

Undang-Undang Pendidikan No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code