BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan
berlakunya undang
– undang Otonomi daerah, dimana akan terjadi desentralisasi pemerintahan, maka setiap daerah
dituntut untuk memiliki sumber daya masyarakat yang berkualitas dalam
menghadapi persaingan dan mampu menyerap arus informasi yang terus mengalir
begitu cepatnya. Undang-Undang Pendidikan No. 20/2003 telah memberikan tanggung
jawab lebih besar dan otoritas langsung kepada sekolah khususnya Manajemen
Berbasis Sekolah (Schools Based
Management).
Schools Based
Management (SBM) dalam (Fitri, 2014) yang merupakan tanggung
jawab bersama antara masyarakat, orang tua, para praktisi yang teoritisi
pendidikan dapat dibentuk untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan
pengelolaan bersama antara sekolah dan masyarakat. Dengan begitu diharapkan
sekolah serta masyarakat dapat ikut berkonstribusi dalam peningkatan mutu
pendidikan dasar secara signifikan. Meski demikian terdapat keragaman yang
besar dalam kemampuan sekolah di setiap daerah untuk melaksanakan otoritas yang
telah diberikan tersebut.
Implementasi
desentralisasi pendidikan (Fitri, 2014) dengan program manajemen berbasis
sekolah memiliki banyak hal penting yang harus di perhatikan. Salah satunya
adalah masalah koordinasi, komunikasi serta supervisi. Koordinasi dalam Schools Based Management merupakan hal
penting karena desentralisasi memerlukan koordinasi antara satu bagian dengan
bagian lainnya agar terwujud suatu kesatuan dan lancarnya program tersebut.
Sebuah koordinasi pasti menuntut adanya komunikasi. Komunikasi antara pusat dan
daerah maupun penerapan komunikasi di sekolah melalui Schools Based Management akan mampu menciptakan suasana yang hangat
dan menghindarkan terjadi kesalahpahaman antarkomponen pelaksana Schools Based Management. Hal terakhir
yang tidak dapat dilupakan yaitu supervisi. Supervisi perlu dalam Schools Based Management agar menjaga
kualitas proses belajar. Supervisi dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan agar terjadi perbaikan untuk menyempurnakan pencapaian tujuan
proses belajar-mengajar.
B. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian komunikasi ?
2. Apa
pengertian supervisi ?
3. Apa
yang dimaksud dengan komunikasi dalam supervisi dan bagaimanakah penerapannya?
4. Apa
tujuan dari komunikasi dalam supervisi?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian komunikasi
2. Untuk
mengetahui pengertian supervisi.
3. Untuk
mengetahui maksud dari komunikasi dalam supervisi dan penerapannya.
4. Tujuan
dari komunikasi dalam supervisi
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Landasan Teori
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) disebutkan bahwa pengembangan kurikulum
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Menurut Pasal 1 Ayat (16)
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas PP nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kaitannya
dengan hal tersebut dikutip dari (Murni,
Masluyah., & Aswandi), seorang guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang pendidik harus mempunyai etos kerja. Sikap seorang guru bukan
saja hanya sekedar sebagai suatu kerja/pekerjaan, tetapi seorang guru harus
mempunyai spirit / semangat / pandangan
bahwa guru sendiri harus berkembang menjadi manusia yang lebih mulia. Dalam
diri guru terbentuk karakter melayani dengan rendah hati menuju kesempurnaan
akhlak insani yang lebih mulia. Etos
kerja, melalui kerja manusia mengukuhkan eksistensinya, memperbaiki nasibnya
dan memuliakan martabatnya. Etos dapat juga dipahami sebagai semangat khusus
yang melahirkan kesadaran positif seperti menghargai waktu, pekerjaan, sehingga
melahirkan perilaku kerja yang produktif seperti rajin, gemar menabung dan
senang belajar. Untuk mencapai etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan
kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia sebagai salah satu faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi. Salah satu sumber daya
manusia yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah guru, karena guru
yang berhadapan langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru
sebagai tenaga profesional harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan baik dalam jalur sekolah maupun luar sekolah.
Guru memegang posisi paling strategis. Dalam
tingkatan operasional, karena guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Dalam meningkatkan etos kerja guru
senantiasa dihadapkan pada peningkatan kualitas pribadi dan sosialnya. Jika hal
ini dapat dipenuhi maka keberhasilan lebih cepat diperoleh yaitu kemampuan
melahirkan peserta didik yang berbudi luhur, memiliki karakter sosial dan
profesional sebagaimana yang menjadi pokok pendidikan. Pada tataran
implementasi etos kerja guru dapat terlihat dalam kegiatan guru pada saat
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengukur efektivitas etos kerja
guru, perlu bekerja sama dengan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah
tersebut. Untuk meningkatkan mutu seorang guru yang mempunyai peranan sentral
harus disadari betapa pentingnya meningkatkan aktivitas, kreativitas, kualitas
dan profesionalisme guru. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki
kemandirian dalam keseluruhan kegiatan pendidikan baik dalam jalur sekolah
maupun luar sekolah.
Guru merupakan sumber daya manusia yang mampu
mendayagunakan faktor - faktor lainnya sehingga tercipta pembelajaran yang
bermutu dan menjadi faktor utama dalam menentukan mutu pendidikan. Menjadikan
guru sebagai tenaga profesional, perlu diadakan pembinaan terus menerus,
berkesinambungan. Guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan
diakui keprofesionalannya. Usaha – usaha menjadikan guru sebagai tenaga
profesional tidak semata - mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui
pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi,
namun perlu juga memperhatikan guru dari segi lainnya seperti pemberian
bimbingan melalui supervisi sehingga memungkinkan guru untuk meningkatkan etos
kerjanya sebagai pendidik. Menghayati
guru sebagai pelayanan memerlukan transendensi artinya bersifat melampaui.
Seorang guru harus melampaui makna sederhana yaitu mengajar untuk sekedar
mencari nafkah, gaji, honor atau uang, guru terutama hrus melakukan
transendensi dari wilayah finansial ke arah spiritual. Secara teknis seorang guru harus
bisa mengajar melampaui stakeholder. Artinya, guru harus bekerja dengan
standart mutu yang melampaui spesifikasi teknis menurut ukuran profesionalisme
yang lazim. Seorang guru harus mempunyai nilai lebih dari harapan stakeholder
melalui tiga cara:
Pertama berfokus pada siswa yakni bahwa kegiatan
belajar mengajar berfokus pada kebutuhan peserta didik yaitu sejauh mana para
peserta didik merasa dicerdaskan, diinspirasi, dibimbing dan dimotivasi atau
disebut student centered teaching.
Kedua adanya perbaikan proses belajar mengajar
secara berkesinambungan. Hasil yang bermutu hanya bisa dihasilkan oleh
serangkaian langkah – langkah yang serius dari pihak sekolah, khususnya kepala
sekolah sebagai supervisor terhadap para guru yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan
supervisi menuntut perbaikan terus menerus menuju kesempurnaan yang sesuai
dengan asas – asas didaktik dan pedagogi yang terbaik yang ditujukan pada
kebutuhan peserta didik.
Ketiga adalah keterlibatan total dalam sistem
peningkatan mutu, dengan demikian gerakan dan upaya peningkatan mutu sekolah
menjadi suatu kebutuhan dan budaya yang berkesinambunga, maka salah satu faktor
penting untuk mencapai etos kerja, yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
dengan melaksanakan supervisi akademik. Karena berhasil atau tidaknya
pendidikan tidak terlepas dari peranan kepala sekolah sebagai supervisor yang
berupaya menemukan masalah – masalah pendidikan dan selalu memperbaiki
kelemahan – kelemahan yang terjadi pada seorang guru.
B. Komunikasi dan Supervisi
1.
Pengertian
Komunikasi
Menurut Dr. Ratnawati Susanto, M.M., M.Pd, komunikasi
adalah suatu proses pembentukan,penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan
yang terjadi di dalam diri seseorang dan di antara dua atau lebih dengan tujuan
tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu
komunikasi merupakan
suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan.
Menurut Goetsch
dan Davis (2002: 2) dalam (Agustine, 2009), mengungkapkan bahwa, ”Komunikasi yang efektif
berarti bahwa pesan itu dapat diterima, dipahami, dan dilaksanakan dengan cara
yang diinginkan”. Komunikasi yang seperti ini adalah komunikasi yang dikatakan
berhasil. Menurut Usman (2008: 388) dalam (Agustine, 2009) juga menambahkan
bahwa, ”Komunikasi yang efektif menuntut rasa saling menghormati, percaya,
terbuka, dan tanggung jawab”. Komunikasi yang efektif (Agustine, 2009)
merupakan satu urutan komunikasi yang lebih tinggi sebab proses komunikasi yang
efektif memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka
Fungsi – fungsi komunikasi menurut Dr. Ratnawati Susanto, M.M., M.Pd :
·
Fungsi kontrol komunikasi dalam
pandangan fungsi kontrol adalah sebagai cara untuk mengetahui apakah orang lain
tetap sesuai pada jalur yang di tetapkan oleh kita atau tidak, dan juga
mengetahui bagaimana keadaan orang lain sehingga kita bisa memutuskan sesuatu
yang sesuai dengan keadaan orang tersebut.
·
Informasi Komunikasi merupakan sebuah
proses untuk memberikan informasi dari sumber kepada tujuan yang pada akhirnya
melahirkan feedback (tanggapan
atau umpan balik)
·
Motivasi fungsi komunikasi juga sebagai
alat untuk memberikan motivasi kepada orang lain, fungsi motivasi dan kontrol pada komunikasi, menurut
saya agak hampir sama tujuannya, yaitu untuk memastikan, apakah orang lain tetap
pada jalur yang kita inginkan atau tidak, jika fungsi kontrol menggunakan cara
yang lebih force (memaksa
dan memberikan konsekuensi
- konsekuensi nyata), fungsi motivasi lebih kepada cara-cara yang
sifatnya soft, lembut namun biasanya langsung mengarah kepada nuraninya
·
Ekspresi emosi kita bisa menyampaikan
apa yang emosi kita rasakan melalui komunikasi, pada level ini, kita biasanya
hanya butuh untuk didengar untuk membagi beban emosi kita kepada orang lain,
namun tak jarang kita mengharapkan advice dan tanggapan lisan dari orang lain
Ruang Lingkup
Komunikasi :
·
Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang
untuk menyampaikan sesuatu lewat bahasa atau simbol – simbol tertentu dengan
orang lain. dimana manusia sebagai peran utamanya baik langsung bertatap muka
ataupun melalui media karna itu yang disebut komunikasi antarmanusia
2.
Pengertian
Supervisi
Secara
morfologis dalam (Fitri, 2014), Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris,
yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih
serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti
kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan –
terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan
pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan
mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar
kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan
semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki
•
Secara sematik, supervisi pendidikan adalah
pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi
pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar
pada khususnya.
•
Secara Etimologi, supervisi diambil
dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang
pendidikan.
•
Orang yang melakukan supervisi disebut
supervisor.
Menurut
Good Carter (dalam Fitri, 2014)
Memberi
pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin
guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar
dan evaluasi pengajaran. God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru
dalam jabatan mengajar,
Menurut
Boardman (dalam
Fitri,
2014)
Menyebutkan
Supervisi adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing
secara
kontinu
pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif,
agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan
tiap-tiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm
masyarakat demokrasi modern. Boardman melihat supervisi sebagai kesanggupan
berpartisipasi dlm masyarakat modern.
Menurut
Wilem Mantja (2007) dalam (Fitri, 2014)
Mengatakan
bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan
supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar
mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh
supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan.
Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru murid)
dan peningkatan mutu pendidikan
Menurut
Kimball Wiles (1967) dalam (Fitri, 2014)
Konsep supervisi
modern dirumuskan sebagai berikut : “Supervision is assistance in the
development of a better teaching learning situation”. Kimball Wiles beranggapan
bahwa faktor manusia yg memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk
menciptakan suasana belajar mengajar yg lebih baik.
Menurut Sahertian (Sahertian, dan
Mataheru, 2008 )
Supervisi merupakan uasaha mengawali, mengarahkan,
mengkoordinasi, membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di
sekolah, baik secara individual maupun
kolektif, agar lebih menerti dan lebih efektif dlam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaransehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid
secara kontinyu sehingga dapat berpartisipasi lebih cepat dalam masyarakat
demokrasi moder
Kegiatan
supervisi dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau
penilikan.
•
Controlling : memeriksa apakah semuanya
dijalankan sebagaimana mestinya
•
Correcting : memeriksa apakah semuanya
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan/digariskan
•
Judging : mengandili dalam arti
memberikan penilaian atau keputusan sepihak
•
Directing : pengarahan, menentukan
ketetapan/garis
•
Demonstration : memperlihatkan bagaimana
mengajar yang baik
Tujuan utama supervisi dalam (Fitri,
2014) adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy
& Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan umum
Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf
agar personil tersebut mampu
meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan
proses belajar mengajar.
3.
Komunikasi
dalam Supervisi
Bahasa dan
komunikasi dalam supervisi sangat penting dalam merangsang perilaku fungsional
dan transformasional yang kondusif untuk menghasilkan perbaikan yang dapat
membawa perubahan positif pada individu dan suatu lembaga (Douglas : 2016).
Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, supervisor pembelajaran
berkomunikasi dengan guru yang disupervisi. Ahli komunikasi umumnya sependapat
bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari
pengirim kepada penerima pesan, dimana pesan itu disampaikan melalui media atau
tanda-tanda dengan menggunakan bahasa tertentu yang saling dimengerti untuk
mencapai suatu tujuan. Komunikasi adalah segala penyampaian segala perasaan,
sikap, kebijakan dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan dua definisi diatas, maka dalam proses komunikasi terlibat pelbagai
unsur seperti, penyampaian informasi (sender atau informator), penerima
informasi (receiver), isi informasi (message), media atau tanda-tanda yang
digunakan (medium or symbols), dan bahasa yang saling dimengerti (mutual language
system). Unsur lain dari komunikasi adalah gangguan (noise), dan respon
(response). Dalam konteks komunikasi untuk supervisi klinis, kedudukan
supervisor dan yang disupervisi sebagai pengirim dan penerima pesan itu saling
berganti. Karena memang dalam supervisi pembelajaran klinis, dialog terbuka
menjadi sangat penting.
Unsur-unsur
tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Didalam proses komunikasi
antara supervisor dengan guru selalu melibatkan penyampai informasi
(supervisor), penerima informasi dan sebaliknya, pesan yang diinformasikan
(pesan-pesan perbaikan, ajakan dan sebagainya) media atau tanda-tanda yang
digunakan, bahasa yang saling dimengerti, kemungkinan gangguan dan pada saatnya
respon adalah keharusan. Jika unsur lain ada, akan tetapi penerima tidak
memberikan respon, maka proses komunikasi antara supervisor dengan menjadi
tidak berarti.
Komunikasi dalam Supervisi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi intern dan ekstern.
1. Komunikasi
Intern
Komunikasi
intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam
melaksanakan serta memecahkan masalah sekolah menjadi tugas bersama. Manajemen
dilihat dari para anggotanya, di sekolah tidak banyak personil dewasa yang
terdiri atas guru dan pegawai. Namun jika peserta didik juga dipandang sebagai
personil sekolah, jumlahnya akan menjadi banyak. Oleh karena itu, terjalinnya
komunikasi yang baik antarpersonil sekolah merupakan hal yang urgen. Kurang
komunikasi akan mengakibatkan kurang tercapainya hasil yang diinginkan.
Dalam suatu
sekolah yang memiliki komunikasi yang buruk akan mengakibatkan hubungan tidak
harmonis antara personil sekolah dan cenderung memusatkan perhatian kepada
dirinya sendiri. Sehingga jika terjadi suatu masalah pada sekolah akan sulit
menemukan titik temu antara para personil sekolah. Oleh karena itu kepala
sekolah wajib untuk membina komunikasi intern yang baik agar personil sekolah
mau dan mampu meningkatkan kemampuan
kinerja masing-masing. Selain itu komunikasi yang baik dapat menciptakan
suasana yang hangat dan menari.
Komunikasi
intern akan sangat dirasakan manfaatnya terutama bagi seorang pemula. Yang
awalnya memiliki rasa canggung menjalani rutinitas dalam dunia yang baru namun
teman-temannya yang sudah berada lebih awal akan mampu membantunya dan membuat
kondisi menjadi lebih nyaman. Komunikasi
intern bukan hanya untuk pemula namun juga untuk pegawai yang sudah ada akan
senantiasa memerlukan komunikasi yang baik untuk mengetahiu pendapat orang lain
mengenai suatu maslah. Bantuan rekan kerja akan sangat bermanfaat untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam pekerjaan.
Dalam komunikasi
intern terdapat prinsip-prinsip komunikasi sebagai berikut:
a. Bersikap
terbuka, tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator yang
mendorong suasana demokratis dan kekeuargaan.
b. Mendorong
para guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan maslah,
serta dapat harus mendorong aktivitas danrkreatifitas guru
c. Mengembangkan
kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik guru-guru untuk mau
menerima pendapat orang lain secara objektif.
d. Mendorong
para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang paling baik dan meaati
keputusan tersebut.
e. Berlaku
sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil keputusan
secara redaksional.
Prinsip-prinsip
diatas akan membuat kepala sekolah menerapkan prinsip demokratis dengan
memandang bahwa para guru bukan hanya menjadi pembantunya tetapi sebagai mitra
atau partner kerja dalam kelompok. Dalam kepemimpinan seperti ini disebut
“bekerja di luar dan di dalam sekaligus”.
Di setiap
sekolah mmiliki masalah yang harus segera dicari jalan keluar yang
proporsional. Untuk kepentingan tersebut, perlu adanya pertemuan secara berkala
dan teratur, contoh seminggu sekali. Waktu yang diperlukan untuk memecahkan
masalah sangat bergantung pada pertemuan antarpersonil. Makin jarang pertemuan
diadakan, makin lama masalah akan mendapat jalan keluar. Dalam pertemuan
tersebut, kepala sekolah akan bertindak sebagai pimpinan dan guru-guru akan
mengemukakan pendapat tentang masalah yang dihadapi untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan professional para guru.
Dalam diskusi
biasanya akan memunculkan hal baru yang harus diketahui guru. Misalnya
kebijakan baru departemen pendidikan yang harus segera diketahui oleh para guru
maupun atau guru yang telah kembali dari penataran akan membagikan hal-hal yang
didapat selama kegiatan tersebutb yang belum diketahui oleh rekan guru yang
lain. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan dan
keprofesionalan personilnsekolah dengan menyelenggarakan diskusi dan tany
jawab. Jika hal ini dapat dilakukan secara berkesinambungan akan tersa besar
manfaatnya untuk pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan dan kinerja
personil sekolah.
2. Komunikasi
Ekstern
Komunikasi
ekstern merupakan komunikasi yang antara sekolah dengan lingkunan sekitar untuk
mendapatken masukan-masukan dari lingkungan yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah. Komunikasi ekstern meliputi
komunikasi sekolah dengan orangtua siswa, dan komunikasi sekolah dengan
masyarakat, baik individu maupun melembaga.
Ø Hubungan
Sekolah dengan Orang tua
Terdapat hal-hal
yang mendasari hubungan kerjasama antara orang tua dengan sekolah, yaitu: 1.
Adanya kesamaan tanggung jawab, dalam UU telah dikemukakan bahwa pendidikan
adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. 2.
Adanya kesamaan tujuan, untuk menjadikan putra-putrinya menjadi manusia yang
sehat jasmani dan rohaninya, yang trampil, kreatif, demokratis, serta berguna
bagi bangsa dan Negara.
Dalam kerjasama
antara sekolah dengan orang tua bukan hanya untuk saling mendukung melalui
bidang-bidang yang telah diuraikan, tetapi juga dalam memecahkan masalah
peserta didik bersama-sama. Masalah yang menyangkut peserta didik secara umum
diklasifikasikan sebagai berikut:
o
Masalah yang berhubungan denga keadaan
tubuhnya
o
Masalah yang berhubungan dengan keadaan
mentalnya
o
Masalah yang berhubungan dengan
belajarnya
Untuk itu
sekolah dengan orang tua harus bekerjasama untuk menemukan penyelesaian yang
tepat. untuk masalah diatas guru dan orang tua harus mengetahui kelemahan yang
dimilik peserta ddik yang membuat dirinya belajar tidak optimal.
4.
Implementasi
Komunikasi dalam Supervisi
Implementasi
komunikasi supervisi merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh pimpinan pendidikan (kepala sekolah) terhadap para
guru di Sekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini disebut sebagai suatu tata
kerja seorang pemimpin pendidikan untuk memberikan pimpinan dan penilaian kritis
terhadap proses belajar mengajar.
Peranan
supervisi dalam mencapai tujuan supervisi yang efektif adalah membantu pada
guru untuk lebih sadar akan kekurangan dan berusaha mencari jalan keluar untuk
memperbaiki kekurangan itu lewat kegiatan-kegiatan KKG /MGMP misalnya :
·
Memotivasi para guru dalam meningkatkan
situasi
·
Belajar efektif sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai
·
Membangkitkan konsekuensi pada guru akan
adanya perubahan di masyarakat
Kedudukan komunikasi
dalam supervisi dalam program pendidikan adalah alat menyampaikan pesan yang
bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu lembaga pendidikan dengan
melalui bimbingan profesional bagi guru agar sadar dalam meningkatkan
kinerjanya untuk tercapainya tujuan supervisi itu sendiri.
5.
Tujuan
Komunikasi dalam Supervisi
Tujuan Komunikasi
dalam Supervisi Pendidikan adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staf agar personal tersebut mampu meningkatkan kualitas
kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar
Komunikasi yang
efektif juga memiliki peran khusus dalam tercapainya tujuan supervisi
pendidikan yang dijabarkan sebagai berikut:
·
Meningkatkan mutu kinerja guru
·
Meningkatkan keefektifan kurikulum
sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
·
Meningkatkan efektivitas dan effisiensi
sarana dan prasana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik untuk
mengoptimalkan keberhasilan siswa
·
Meningkatkan kualitas pengelolaan
sekolah
·
Meningkatkan kualitas situasi umum
sekolah, tercipta situasi aman tenang, tentram, kondusif dan akan meningkatkan
kualitas keberhasilan.
Fungsi
Supervisi Pendidikan
·
Mengkoordinasikan semua usaha sekolah :
usaha tiap guru, usaha-usaha sekolah, usaha-usaha pertumbuhan jabatan
·
Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
·
Melatih dan memperlengkapi guru-guru
agar mereka memiliki keterampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah
·
Memperluas pengalaman guru
·
Memberikan fasilitas dan penilaian yang
kontinyu/terus menerus
·
Menganalisa sistem belajar/situasi
belajar
·
Memberi pengarahan dan keterampilan pada
setiap bangsa
· Menintegrasi tujuan dan pembentukan kemampuan.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi
Mengenai
pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak definisi yang dikemukakan
oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak definisi itu dapat disimpulkan secara
lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu: Komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara
lisan, maupun tak langsung melalui media.
B.
Pengertian
Supervisi
Atas
dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut
“ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional
yang diberikan oleh supervisor (pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina
lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena
supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru
tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih diarahkan
pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.Supervisi
dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa
untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran
supervisi diartikan pula pembinaan guru. (Neagley, Ross L. dan Evans, N. Dean.
1980:8).
C.
Komunikasi
dalam Supervisi
Bahasa
dan komunikasi dalam supervisi sangat penting dalam merangsang perilaku
fungsional dan transformasional yang kondusif untuk menghasilkan perbaikan yang
dapat membawa perubahan positif pada individu dan suatu lembaga (Douglas :
2016). Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, supervisor pembelajaran
berkomunikasi dengan guru yang disupervisi. Ahli komunikasi umumnya sependapat
bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari
pengirim kepada penerima pesan, dimana pesan itu disampaikan melalui media atau
tanda-tanda dengan menggunakan bahasa tertentu yang saling dimengerti untuk
mencapai suatu tujuan. Komunikasi adalah segala penyampaian segala perasaan,
sikap, kebijakan dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan dua definisi diatas, maka dalam proses komunikasi terlibat Berbagai
unsur seperti, penyampaian informasi (sender atau informator), penerima
informasi (receiver), isi informasi (message), media atau tanda-tanda yang
digunakan (medium or symbols), dan bahasa yang saling dimengerti (mutual
language system). Unsur lain dari komunikasi adalah gangguan (noise), dan
respon (response). Dalam konteks komunikasi untuk supervisi klinis, kedudukan
supervisor dan yang disupervisi sebagai pengirim dan penerima pesan itu saling
berganti. Karena memang dalam supervisi pembelajaran klinis, dialog terbuka
menjadi sangat penting.
Unsur-unsur
tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Didalam proses komunikasi
antara supervisor dengan guru selalu melibatkan penyampai informasi
(supervisor), penerima informasi dan sebaliknya, pesan yang diinformasikan
(pesan-pesan perbaikan, ajakan dan sebagainya) media atau tanda-tanda yang
digunakan, bahasa yang saling dimengerti, kemungkinan gangguan dan pada saatnya
respon adalah keharusan. Jika unsur lain ada, akan tetapi penerima tidak
memberikan respon, maka proses komunikasi antara supervisor dengan menjadi
tidak berarti.
D.
Implementasi
Komunikasi dalam Supervisi
Implementasi
komunikasi supervisi merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh pimpinan pendidikan (kepala sekolah) terhadap para
guru di Sekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini disebut sebagai suatu tata
kerja seorang pemimpin pendidikan untuk memberikan pimpinan dan penilaian
kritis terhadap proses belajar mengajar.
E.
Tujuan Komunikasi dalam Supervisi
Tujuan
Komunikasi dalam Supervisi Pendidikan adalah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru dan staf agar personal tersebut mampu meningkatkan
kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar
mengajar. Komunikasi yang efektif juga memiliki peran khusus dalam tercapainya
tujuan supervisi pendidikan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Komunikasi
harus selalu dilakukan oleh sekolah. Komunikasi tersebut bias bersifat intern,
antara personil sekolah dan secara ekstern, antara sekolah dengan orang tua
peserta didik dengan masyarakat. Tujuan komunikasi ini dapat menjadi pemecahan
masalah yang dihadapi seputar proses belajar mengajar dan persoalan kebutuhan
sekolah. Hal ini terjadi karena kerjasama saling support dari berbagai komponen.
Supervisi
yaitu suatu kegiatan yang menekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan
serta kinerja tenaga kependidikan di sekolah dalam melaksanakan tugas. Tujuan
supervisi adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk
belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar
peserta didik. Supervisor hendaknya dapat memilih teknik- teknik supervisi yang
tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Teknik-teknik tersebut, antara
lain kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan individual, diskusi kelompok,
demonstrasi mengajar, dan perpustakaan professional.
B.
SARAN
1. Agar
koordinasi berjalan maksimal, maka perlu ditingkatkan rasa kesatuan dan
persatuan di antara kepala sekolah maupun guru-guru dengan tetap menghargai
kewajiban dan wewenang masing-masing sehingga dapat menjalankan perannya secara
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan sekolah secara menyeluruh
2. Agar
terjadinya proses kerjasma antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat perlu
dijalin komunikasi yang bai sesuai dengan MBS.
3. Agar
menghasilkan pembelajaran yang efesien dan efektif maka sterategi manajemen
berbasis sekolah harus diterapkan oleh supervisor guna meningkatkan keunggulan
suatu lembaga sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agustine,
Putri, Dwi, Nila. 2009. Pengaruh
Komunikasi Dan Supervisi Terhadap Kedisiplinian Kerja Karyawan Di PT.
Indoantique Sukoharjo Pada Tahun 2008/2009. Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Surakarta.
Douglas,
O. Nwaokugha. Saliu, A. Danladi. 2016. “Language and Communication: Effective Tools for Educational Supervision and Inspection in
Nigeria”.
Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol 7 No 3.
Fitri,
Nur, Indah. 2014. Koordinasi, Komunikasi dan Supervisi dalam Managemen Berbasis
Sekolah. Universitas Pattimura: Ambon.
Murni,
Maria, Fransisca, Sri., Suib, Masluyah., & Aswandi. Hubungan Supervisi
Akademik Dan Komunikasi Interpersonal Dengan Etos Kerja Guru Pada Sekolah Dasar
Negeri. Universitas Tanjungpura Pontianak.
Sahertian.
A. Piet dan Mataheru. F. 2008.
Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Penerbit Usana Offset Printing
Surabaya.
Susanto,
Retnawati. Penerapan koordinasi, komunikasi dan supervisi dalam MBS.
Universitas Esa Unggul.
Undang-Undang
Pendidikan No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
0 Komentar